REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berjuang sebagai pustakawan kekhalifahan, Lubna berhasil mendapatkan koleksi buku hingga lebih dari 500 ribu buah. Selama berabad-abad, perpustakaan yang dipimpin Lubna ini adalah yang terbesar di Eropa dan hanya bisa dikalahkan oleh perpustakaan di Baghdad.
Perjuangan Lubna tersebut mungkin berlandaskan sebuah ungkapan "buku adalah jendela dunia" sehingga Lubna mengabdikan dirinya untuk buku. Karena itu, Muslimah ini patut menjadi contoh untuk para Muslimah di Indonesia sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas.
Selain kesuksesannya menjadi seorang pustakawan, perannya sebagai juru tulis juga sangat penting untuk dicontoh. Juru tulis saat itu melampaui tugas standar seorang penulis dan penerjemah karena dia ber tanggung jawab untuk menyalin banyak teks termasuk Euclid dan Archimedes. Apalagi, ia harus memahami sendiri akan teks yang sudah ada tersebut.
Berdasarkan sumber yang menyebut Lubna sebagai matematikawan besar, Lubna sering berjalan di sepanjang jalan- jalan Cordoba untuk mengajar persamaan matematika kepada anak-anak. Anak-anak tersebut akan mengikutinya hingga dinding pembatas istana Cordoba sambil membaca tabel perkalian yang diajarkan Lubna.
(Baca: Lubna, Pejuang Buku dari Cordoba)
Seorang sejarawan dan penulis sejarah Andalusia, Ibnu Bashkuwal, mengatakan, bahkan Lubna merupakan wanita yang ahli di bidang tulis-menulis, gramatika, dan puisi. Selain itu, keahlian di bidang matematika dan sainsnya juga luar biasa. "Saat itu tak ada seorang pun yang lebih mulia dibanding dirinya," kata Ibnu Bashkuwal. [Ibn Bashkuwal, kitab al-Silla (Cairo, 2008), Vol. 2: 324].
Bersama Hasdai bin Shaprut, Lubna juga menjadi inisiator pembangunan perpustakaan yang sangat terkenal saat itu, Madinah az-Zahra (berarti `kota kembang). Berdasarkan sejumlah riwayat dari sejarawan Arab, pada masa al-Hakam II ter- sebut ada lebih dari 170 perempuan terdidik yang bertanggung jawab untuk menyalin naskah-naskah penting.
Sosok Lubna mungkin menjadi salah satu sosok perempuan yang terlupakan dalam peradaban Islam. Namun, berdasarkan sumber yang mengungkap sosok Lubna, kini dia dapat menginspirasi perempuan Muslim yang hidup di zaman ini.
Tidak ada keterangan terkait nama lengkap Lubna. Ia hanya lebih umum dikenal dengan `Lubna dari Cordoba'. Meskipun, kadang-kadang ia disebut juga Labna atau Labhana.
Lubna wafat pada tahun 984 dan belum diketahui apa penyebab kematiannya. Tetapi, yang jelas dia sebagai pejuang buku telah banyak berkontribusi terhadap per- adab an Islam di Andalusia sehingga menjadi Spanyol seperti saat ini.