Jumat 04 Mar 2016 14:22 WIB

Lubna, Pejuang Buku dari Cordoba

Rep: c39/ Red: Agung Sasongko
  Reruntuhan Istana Az-Zahra di Cordoba, Spanyol.
Foto: flickriver.com
Reruntuhan Istana Az-Zahra di Cordoba, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam sempat mengalami kejayaan di Andalusia, Spanyol. Saat itu peradaban Islam banyak menelurkan tokoh-tokoh Muslim, baik tokoh laki-laki maupun perempuan. Salah satu tokoh perempuan yang lahir dari peradaban tersebut adalah Lubna, pejuang dari Cordoba yang dimuliakan karena buku dan bakat- bakatnya.

Lubna adalah putri asli Spanyol yang pada abad ke-10 yang tumbuh di lingkungan istana khalifah Abdurrahman III (931-961)  dari Bani Umayah. Lubna dikenal sebagai sosok Muslimah yang banyak mempunyai peran dan bakat.

Namun, bakat-bakat tersebut belum tentu jelas kebenarannya lantaran sedikitnya literatur yang ditemukan.

Namun, berdasarkan dari beberapa sumber, dikatakan bahwa Lubna merupakan seorang penyair, penerjemah, juru tulis, sekretaris pribadi, dan ahli matematika.

Bahkan, Lubna juga disebut sebagai perempuan yang penuh dedikasi terhadap buku perpustakaan pada masanya.

Situs almiraah menyebut, seorang penulis bernama Kamila Shamsie berpendapat bahwa ada alasan untuk tidak percaya tentang sosok Lubna yang disebutkan tersebut karena bisa jadi Lubna merupakan sosok perwujudan dari dua atau mungkin tiga wanita di Istana Cordoba saat itu.

Namun, sebelum kita terlarut dengan berbagai spekulasi tersebut, mari kita simak sosok Lubna yang selama ini dikenal umum melalui beberapa sumber. Sebuah sumber menyebutkan, Lubna awalnya lahir sebagai seorang budak perempuan Spanyol. Namun, khalifah Abdurrahman membebaskannya karena melihat bakatnya yang istimewa.

Setelah merdeka, karier Lubna pun melejit dengan cepat. Di usia yang masih muda, dia telah berhasil menjadi salah satu tokoh paling penting di istana Andalusia.

Awalnya, Lubna hanya menempati jabatan sekretaris dan juru tulis, tapi kemudian berhasil diangkat menjadi sekretaris pribadi oleh anak dari khalifah Abdurrahman, yaitu Hakam II bin Abdurrahman (961-976).

Selanjutnya, yang paling penting ia dipercayakan untuk memimpin perpustakaan di Istana Kordoba. Perpustakaan Kordoba saat itu dianggap sebagai salah satu perpustakaan paling penting sehingga merupakan prestasi tersendiri jika ada seorang wanita yang berhasil mendapat kepercayaan di perpustakaan itu.

Setelah Abdurrahman wafat, Hakam II te tap mempertahankan jabatan Lubna sebagai pemimpin perpustakaan. Gairah al-Hakam II terhadap ilmu dan budaya bahkan melebihi ayahnya. Tak heran jika Lubna semakin leluasa mengembangkan bakat keilmuannya sehingga dapat memajukan rakyat Kordoba.

Beberapa sumber mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai pustakawan, Lubna bertanggung jawab untuk memper- oleh buku perpustakaan sehingga dia pun pernah melakukan perjalanan ke Kairo, Da- maskus, dan Baghdad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement