Rabu 02 Mar 2016 08:44 WIB

Muslim Inggris Pelajari Pengalaman Indonesia Soal Terorisme

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
Peneliti dan Pengamat Sosial-Keagamaan, Nasir Abbas saat menjadi pembicara pada diskusi Publik DPP PKB di Jakarta, Selasa (2/2).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Peneliti dan Pengamat Sosial-Keagamaan, Nasir Abbas saat menjadi pembicara pada diskusi Publik DPP PKB di Jakarta, Selasa (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dikenal memiliki sejarah kelam akan tindakan terorisme. Sejumlah tragedi ledakan bom menjadi pengingat akan kejamnya terorisme di nusantara. Dengan pengalaman tersebut, Indonesia berhasil menangani tindak pidana luar biasa itu dalam waktu yang panjang.

Maarif Institute kedatangan sejumlah perwakilan Muslim dari Inggris, yang berkeinginan mempelajari sejarah Indonesia menghadapi terorisme. Untuk memberikan materi, Maarif Institute menghadirkan pemerhati radikalisme dan terorisme Nassir Abbas.

Mereka yang hadir di antaranya Senior Imam Masjid Makkah Leeds Imam Wari Asim, dan Penasehat Agama Departemen Pertahanan Inggris Imam Asim Hafiz. Selain itu, turut hadir Ketua Muslim Women Network Shaista Gohir dan Ketua Muslim Youth Helpline Akeela Ahmad.

Nassir Abbas yang merupakan mantan petinggi Jamaah Islamiyah, membagikan pengalaman tentang masa-masa gelapnya bersama JI. Menurut Nassir, banyak latar belakang yang dimiliki para pelaku teror, sampai mendukung dan rela melakukan aksi teror.

"Mereka ada yang merasa memiliki kesamaan ideologi, termakan janji surga dan tertarik dengan bayaran tinggi," kata Nassir.

Nassir yang belakangan sibuk mengisi seminar dan memberi materi akan bahaya terorisme, mengaku tidak takut akan ancaman-ancaman yang masih datang. Nassir menegaskan tidak akan membiarkan para teroris merasa menang. Apabila tahu ia takut akan ancaman yang datang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement