REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Dari gaya arsitekturnya dan pola bangunannya, sekilas mata memandang akan mudah menyimpulkan bahwa masjid yang berada di kawasan Jalan Burton, Didsbury Barat, Kota Manchester, ini adalah bekas gereja. Benar, sebelum beralih fungsi, konon masjid ini adalah Gereja Albert Park Methodist Chapel yang dibangun sejak 1883, lalu ditutup pada 1962.
Secara umum, tak banyak perubahan di bangunan utama gereja yang dibeli oleh komunitas Arab Suriah pada 1967 itu. Sebagian besar bangunan tetap dipertahankan, tak terkecuali menara. Sebelum beralih fungsi, bangunan ini sudah memiliki sentuhan klasik yang unik, terutama pada bagian eksteriornya.
Sentuhan yang paling menonjol pada bagian eksterior masjid ini adalah dari model menaranya yang lancip serta susunan batu-batu yang dibiarkan tanpa lapisan semen. Susunan batu-bata itu menimbulkan dominasi warna merah api yang menyala.
Selain pada bagian eksteriornya, sentuhan klasik pada bagian interior sangat kental, terlebih jika tidak ada lampu kristal yang menggantung di langit-langit dan ukiran-ukiran abstrak pada mihrab. Maka, tidak ada sentuhan kontemporer pada masjid ini. Sentuhan klasik ini terdapat pada tembok dan jendela yang desainnya dibuat model lengkungan Persia atau Persian arch.
Ciri-ciri lengkungan Persian arch, di antara, satu lengkungan dengan lengkungan lainnya saling terintegrasi atau menyambung yang tidak memiliki ujung. Selain pada tembok, desain Persian arch ini juga terdapat pada kerangka atap yang terbuat dari baja ringan.
Jika di bagian eksterior didominasi dengan warna merah bata, di bagian ruang utama shalat menggunakan dominasi warna putih. Hal itu sesuai dengan filosofi bahwa sebuah agama bersih dan suci dari noda, dari luar maupun di dalam.
Gereja ini memiliki dua bangunan yang ukurannya cukup besar. Dua bangunan itu, setelah dijadikan masjid, yang pertama berfungsi sebagai masjid dan perpustakaan, sedangkan bangunan kedua difungsikan sebagai ruang shalat khusus Muslimah. Masjid ini mampu menampung 1000 jamaah sekaligus.