REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bedah buku mahasiswa dan dosen satu almamater berlangsung meriah di gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2016, Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (3/1). Adalah Dr. Sunandar Ibnu Nur dan Dr. Hasan Basri Tanjung yang berada satu panggung saat memperkenalkan buku terbarunya di pesta buku Islam terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Dr Sunandar Ibnu Nur adalah mahasiswa Prof Dr KH Didin Hafidhuddin di Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor. Dr Sunandar sendiri adalah dosen dari Dr Hasan Basri Tanjung. Dr Sunandar mengaku sangat bahagia karena dididik Prof Didin hingga sukses seperti sekarang. Dia mengaku lebih gembira, karena sudah mampu mendidik Dr Hasan Basri Tanjung yang lebih hebat dan maju dari dirinya sebagai seorang dosen.
Keduanya merilis buku melalui pengalaman mereka sebagai penulis. Ustaz Sunandar misalnya, sempat aktif selama di televisi membuat program dakwah. Kedekatannya dengan berbagai ulama terkemuka menginsipirasinya membuat buku “Menikmati Hidup dan Menyiapkan Maut”.
“Buku ini terbagi menjadi tiga bagian, pertama success story dari 17 tokoh dari berbagai profesi seperti mubaligh, pengusaha, akademisi, dan lainnya. Kedua, tentang inspirasif tentang menikmati hidup. Ketiga, muhasabah zikrul maut (mengingat mati,” kata dia kepada Republika.co.id.
Lulusan Gontor ini menjelaskan, melalui buku ini dirinya menginginkan pembaca dapat mengetahui bagaimana menjadi manusia yang sukses dunia dan akhirat. Ini sesuai dengan semangat Alquran dan Hadist.
“Jadi buku ini berbicara tentang kesimbangan hidup. Menjadi hamba Allah dan umat Rasulullah yang ketika hidup di dunia hidupnya barokah dan keberhasilan yang diraih dinikmati untuk investasi akhirat,” ucap pemegang gelar doctor dakwah.
Ustaz Hasan Basri Tanjung mengungkap, buku berjudul “Mendaki Jalan Kemuliaan” merupakan bentuk refeksi dari persoalan umat yang ditemui dalam keseharian. “Ini merupakan kegalauan yang saya temukan dalam kehidupan sehari-hari. Persoalat umat persoalan kita, “ kata Ketua Yayasan Dinamika Umat.
Ustaz Tanjung menuturkan, perenungan ini tidak terlepas dari akarnya yakni Alquran dan Hadist. Akar yang akan memberikan solusi dari persoalan yang dihadapi umat. “Buku ini coba saya kemas dengan bahasa yang ringan dan ringkas sehingga mudah dicerna. Umat yang baru belajar agama pun dapat membacanya dengan tenang. InsyaAllah bermanfaat,” kata dia
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin pada Bedah Buku 'Mendaki Jalan Kemuliaan' serta 'Menikmati Hidup dan Mengingat Maut' menilai, menulis buku itu memperpanjang usia. Ia mencotohkan, Imam Syafii yang hidup hanya 54 tahun, lahir tahun 150 Hijriyah dan wafat tahun 204 Hijriyah, hingga kini, buku-buku dan karya Imam Syafii masih dibaca umat Muslim.
“Berbahagialah umat Islam yang mampu menulis buku, sehingga karya-karyanya dinikmati umat Islam,” kata dia.
Dr Muchlis Hanafi, Ketua Lembaga Pentashih Mushaf Alquran Indonesia (LPMAI) Kementrian Agama yang juga pakar tafsir Pusat Studi Alquran (PSA) mengaku bahagia menghadiri acara bedah buku hari ini di Islamic Book Fair. Seperti yang diungkapkan Dr Sunandar Ibnu Nur, penulis buku 'Menikmati Hidup dan Mengingat Mati' acara hari ini mempertemukan antara dosen dan mahasiswa yang berkarya menulis buku.
Menurut Muchlis, apa yang diungkapkan Sunandar, merupakan adab seorang mahasiswa dan dosen yang baik. ''Ini adalah bagian dari adab, sopan santun, yang saat ini semakin langka dari umat,'' ungkap Muchlis menjelaskan.