Selasa 01 Mar 2016 03:55 WIB

Dijaga Allah

Kaligrafi Allah
Foto:

Dalam konteks keimanan dan ketakwaan, hubungan Sang Penjaga dan yang dijaga ini memiliki beberapa makna yang unik. Pertama, sebagai Pencipta, Allah SWT menunjukkan cinta-Nya yang penuh tanggung jawab terhadap ciptaan-Nya. Penjagaan Allah SWT memberi ketenteraman hidup bagi manusia yang beriman. Dia tak pernah khawatir dan bebas dari rasa takut. Janji Allah SWT, ''Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati'' (QS Al An'am [6]:48).

Kedua, Allah SWT menegaskan peran-Nya sebagai Penguasa Mutlak atas manusia (Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik Terhadap Alquran, Tiara Wacana, 1997).

Manusia hanya mengabdi (menyembah) kepada Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT pula. Di sinilah sebenarnya kata Islam menemukan maknanya: berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. ''Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya.'' (QS 19:65).

Ketiga, penjagaan Allah SWT berarti bencana bagi manusia yang tidak beriman. Mereka menjadi seoerti seorang pencuri yang di mana pun selalu merasa diawasi gerak-geriknya, dirundung gelisah, dan diliputi rasa takut.

Segala kejahatan, bahkan sekecil apa pun yang mereka lakukan, tak akan luput dari pengawasan Allah SWT. ''Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.'' (QS Al Zalzalah [99]:8).

Kelak, Allah SWT akan membuka segala hasil penjagaan-Nya kepada setiap manusia. Dalam Surat Ath Thariq ayat 9, Allah SWT menegasan bahwa pada hari itu ditampakkan segala rahasia. Manusia yang ingkar terhadap penjagaan Allah SWT, dua kali merugi: di dunia hidupnya gelisah dan di akhirat tak mampu membela diri.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement