REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) 2016 diharapkan dapat menjadi sarana wisata literasi Islami. Salah satu tokoh penasihat dalam perhelatan IBF, yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, yakni Nasarudin Umar, mengatakan, hal tersebut memang menjadi salah satu misi dan visi diadakannya IBF.
Nasarudin mengungkapkan, tujuan utama penyelenggaraan IBF adalah memperkenalkan literatur-literatur keislaman pada masyarakat. “Baik klasik maupun kontemporer,” ucapnya pada Republika.co.id, Kamis (25/2).
Selama ditunjuk sebagai penasihat dalam penyelenggaraan IBF, Nasarudin, bersama elemen-elemen lain yang berpartisipasi di dalamnya, memang tidak hanya sekadar fokus pada promosi atau profit semata. “Tapi yang paling penting adalah spirit perbukuan. Ingat bahwa ayat paling pertama yang diturunkan Allah adalah iqra atau bacalah,” tuturnya.
Karena itu, untuk mengembangkan masa depan Islam dan menjadikan Indonesia sebagai pusat perdabaan dunia Islam pada masa mendatang, kehadiran buku merupakan suatu kebutuhan. Sebab, mantan wakil menteri agama itu menilai, tanpa buku, umat Islam tak akan mungki mengalami sebuah kemajuan, baik dari sisi intelektualitasi maupun peradaban.
Oleh sebab itu, Nasarudin mengimbau pada umat Islam, agar jangan hanya menjadi konsumen pemikiran dunia luar, terutama Barat. IBF, kata dia, adalah momen untuk memamerkan karya-karya pemikir lokal Indonesia. “Yang menurut saya, tidak kalah dengan (pemikir) bangsa-bangsa atau negara-negara Arab lainnya,” ujarnya.