Oleh Kusyanti
REPUBLIKA.CO.ID, ''Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.'' (QS 21: 35).
Kematian merupakan salah satu rahasia Allah SWT yang telah ditentukan kepada tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Bila ajal telah tiba tak seorang pun yang bisa menolak atau minta ditangguhkan barang sesaat pun. Allah SWT berfirman dalam Alquran (QS 15: 5): ''Tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula mengundurkannya.''
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: ''Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS 63: 11).
Kemegahan dunia seringkali menggoda dan melalaikan manusia untuk mengingat mati. Maka, lahirlah manusia berperilaku hewaniyah, menghalalkan segala cara untuk kepuasan nafsu syahwatnya --termasuk korupsi, kolusi, dan nepotisme-- yang cukup merugikan dirinya dan orang lain. Apalagi bila didukung fasilitas yang maju dan modern, manusia semakin jauh dari tujuan diciptakannya.
Allah berfirman: ''Bermegah-megahan (dalam soal banyak anak, harta, pangkat, pengikut, dan kemuliaan) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui.'' (QS 108: 1-4).
Banyak manusia yang tidak sadar bahwa waktu-waktu yang telah berlalu adalah langkah pasti menuju ketentuan Allah, yakni: kematian! Karena tidak disadari kedatangannya, seringkali kematian dianggap terlalu cepat, mendadak, dan di luar perkiraan.
Banyak manusia yang ketika dicabut nyawanya sedang dalam kondisi ''mabuk kepayang terhadap kenikmatan dunia'', misalnya sedang berbuat zina, mencuri, mabuk, dan perbuatan dosa lainnya. Ini semua bisa terjadi lantaran manusia sudah tidak ingat lagi kepada kematian.
Padahal, dengan datangnya kematian maka tidak ada artinya lagi isi dunia ini. Sebab, kematian berarti berhentinya segala nikmat yang pernah atau sedang dirasakan manusia dan terpisahnya manusia dengan anak, keluarga, pangkat, harta, dan segala apa yang ada di dunia.
Karena itu, alangkah baiknya bila kematian --baik saudara, anak, tetangga, atau teman, dan bahkan orang lain pun-- bisa dijadikan sebagai penasihat yang jitu hingga manusia tidak akan lupa diri terhadap hak dirinya dan hak kepada penciptanya. Orang bijak mengatakan, ''Sering-seringlah kamu takziah karena akan mengingatkan diri kamu akan kematian.'' Wallahu a'lam bis-shawab.