Menjawab pertanyaan mengapa para kader HMI ketika berkiprah di masyarakat lebih banyak menjadi pimpinan lembaga politik, Fakhruddin menjelaskan situasi ini tampaknya berasal proses dinamika internal pertarungan politik di internal HMI. Akibatnyam, semenjak masa awal kiprah mereka di HMI, para tersebut sudah dituntut harus piawai melakukan komunikasi dan lobi politik.
''Jadi naluri politik terasah semenjak awal menjadi anggota HMI. Selain itu juga karena pengaruh para senior dan keluarga besar HMI yang terlibat aktif memimpin beberapa partai poitik besar. Seperti Ismail Hasan Metareum di PPP, Akbar Tanjung di Partai Golkar, Jusuf Kalla di Partai Golkar, Yusril Ihza Mahendra di Partai Bulan Bintang, Anas Urbaningrum di Partai Demokrat, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan di Partai Amanat Nasional,’’ kata Fakhruddin menambahkan.
Akibatnya, lanjut dia, Kader HMI kemudian menjadi sangat sedikit yang terjun ke dalam dunia bisnis, sehingga terkesan bidang ini terasa belum banyak diminati. Dan dari sekian banyak kader HMI, mungkin hanya Jusuf Kalla dengan beberapa orang teman lainnya, yang mampu menjadi pebinsis terkemua di level nasional.
‘’Namun kini ada harapan baru setelah ada kader HMI yang bernama Bahlis terpilih sebagai ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Mudah-mudahan dengan terpilihnya dia akan bisa memberikan inspirasi bagi para kader HMI agar mereka memeprsiapkan diri untuk terjun ke dunai bisnis. Apalagi fakta menjelaskan bahwa sesungguhnya peluang ekonomi di luar sektor negara itu sangat besar. Namun sayang hal ini oleh kader HMI belum serius diperhatikan,’’ ujar Fakhruddin.