Jumat 22 Jan 2016 23:15 WIB

Visi Kehidupan Tauhid

Tauhid (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Tauhid (ilustrasi)

Oleh: Nasaruddin Umar, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surah al-Fatihah yang terdiri atas tujuh ayat dapat dibagi ke dalam dua bagian. Ayat satu, dua, dan tiga berbicara tentang kehidupan manusia di dunia atau di alam syahadah. Sedangkan, ayat empat, lima, enam, dan tujuh berbicara tentang manusia di alam syahadah dan alam gaib.

Tersirat sebuah makna yang kontras bahwa ketika Allah SWT memperkenalkan diri-Nya di dunia, menonjolkan diri-Nya sebagai Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan kata lain, lebih menonjol sebagai Tuhan feminin (femininity of God) tetapi ketika di bagian kedua, Ia menonjolkan diri sebagai Tuhan maskulin (masculinity of God).

Hal tersebut mengisyaratkan kepada manusia agar berhati-hati di dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Kalau di dunia ini manusia melakukan kesalahan dan kekeliruan, maka Allah SWT masih bisa mengampuni karena Ia Maha Pengasih dan Penyayang (al-Rahman al-Rahim).

(Baca Dulu: 'Yang Menguasai Hari Pembalasan')

Akan tetapi, jika sudah sampai di dalam perjalanan hidup berikutnya di akhirat, maka Allah SWT akan tampil sebagai Tuhan Maha Adil, yang akan memberikan balasan (rewarding) terhadap hasil usaha setiap orang di dunia.

Seolah-olah Allah mengisyaratkan bahwa jika manusia melakukan kesalahan dan kekeliruan di dalam menjalani kehidupannya di dunia ini, Tuhan masih bisa menoleransinya dengan memberi kesempatan bertobat dan memperbaiki diri.

Akan tetapi, di alam lanjutan, yakni di alam barzah dan alam akhirat, tidak ada lagi tradisi "uji coba" (trial and error). Itulah sebabnya Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW menyerukan agar manusia mengakhiri perjalanan hidupnya dengan baik (husn al-katimah/happy ending).

Untuk menjalani kehidupan happy ending, Allah SWT mengisyaratkan perlunya manusia memiliki visi kehidupan yang benar (tauhid), selalu berdoa dan memohon bimbingan dan petunjuk Allah SWT. Bimbingan dan petunjuk itulah nanti yang akan dibahas di dalam surah berikutnya (al-Baqarah). Surah ini Allah SWT membalas secara spontan permohonan hamba-Nya.

Setelah hambanya berdoa: Ihdina al-shirath al-mustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus), langsung disambut dengan awal surah berikutnya: Alif Lam Mim, Dzalik al-kitab la raiba fih (Itulah (jalan hidup) Al-Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement