REPUBLIKA.CO.ID, Segala sesuatu yang ada di alam raya nan luas ini pada hakikatnya adalah bukti kemahakuasaan dan kemahabesaran Allah SWT, sekaligus menjadi bukti dan tanda-tanda akan keberadaan-Nya (wujud). Orang-orang yang selalu berpikir dan memahami alam ini dengan saksama, akan menemukan bahwa dirinya sendiri adalah bagian yang amat kecil, jika dibandingkan dengan kekuasaan-Nya yang luas tak terbatas.
Allah SWT berfirman: ''Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, benar-benar ada tanda-tanda bagi ulul albab. Mereka itulah yang selalu menyebut nama Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, atau ketika berbaring. Dan, orang-orang yang memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka kemudian berkata, 'Wahai Tuhan kami, segala yang Engkau ciptakan ini tidak ada yang sia-sia. Mahasuci Engkau, karena itu, lindungilah kami dari siksa api neraka'.'' (QS 3: 191-192).
Ayat ini turun ketika Nabi SAW sedang shalat Tahajud pada malam hari. Setelah selesai shalat, beliau langsung tersungkur menangis karena tidak kuasa ketika memahami betapa dalamnya makna yang terkandung dalam ayat ini. Tidak cukup kata-kata untuk menjelaskannya.
Hal inilah yang dikatakan oleh Nabi SAW ketika ditanya oleh istrinya, Aisyah, karena heran melihat Nabi SAW menangis, tidak seperti biasanya. Ada dua hal yang membuat Nabi SAW menangis. Pertama, kesadaran beliau, betapa besarnya kekuasaan Allah SWT di alam semesta raya ini. Fenomena alam yang mencakup pergantian siang dan malam, keteraturan alam raya dan isinya, menjadi tanda-tanda bahwa Allah yang mengatur itu semua dengan baik.
Kedua, kesadaran bahwa rahasia-rahasia yang ada di alam ini tidak akan pernah terkuak, selain dengan pengamatan dan penelitian yang saksama melalui proses tafakur (berpikir). Alam raya adalah kenyataan yang dapat kita lihat sehari-hari. Masih banyak sekali pengetahuan baru yang masih menjadi misteri di alam ini.
Dengan proses tafakur, rahasia-rahasia itu akan terungkap lebih jauh. Umat manusia akan mampu memperoleh petunjuk Ilahi, jika tafakur itu dapat memberikan kesadaran bahwa ternyata manusia itu adalah sebagian dari makhluk-makhluk Allah SWT yang terkecil di alam ini. Sehingga dengan itu, serta-merta mereka mengakui dengan tulus dan penuh kesadaran, bahwasanya apa yang diciptakan-Nya tidaklah sia-sia.
Semuanya memiliki kegunaan yang begitu besar bagi umat manusia. Kesadaran ini kemudian menjadikan diri manusia untuk selalu mengingat Allah SWT dalam keadaan apa pun. Bahkan, dalam setiap desah napasnya, yang keluar adalah nama Allah. Karena tahu bahwa Dia selalu mengawasi manusia melalui alam ciptaan-Nya. Manusia adalah makhluk lemah dan tidak memiliki kekuatan apa-apa.
Dengan begitu, tidak ada yang perlu untuk disombongkan. Kesadaran manusia untuk selalu tafakur terhadap alam semesta dan zikir atau mengingat keagungan dan kekuasaan Allah dalam segala hal, itulah yang menjadi ciri-ciri orang yang Allah SWT sebut sebagai ulul albab, sebagaimana sosok Nabi Muhammad SAW.