REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbata-bata keempat pemuda suku Asmat itu mengucapkan kalimat syahadat dengan aksen timur. Pekik takbir dari para jamaah Masjid At Taqwa, Kompleks Gedung PLN Pusat, Jakarta Selatan, menyambut dengan penuh keharuan.
"Mereka ingin hijrah. Hijrah dari ketertinggalan, kebodohan, dan ketidaktahuan," kata Presiden Yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN), Ustaz Fadlan Garamathan, yang mendampingi ke empat pemuda tersebut, kepada Re publika, Kamis (14/1).
Masuk Islamnya keempat pemuda suku Asmat itu tak lepas dari pengaruh kepala suku yang sudah lebih dulu masuk Islam. Para pemuda itu menyaksi kan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari kepala suku mereka.
Keempatnya kemudian mendatangi kepala suku dan bertanya bagaimana supaya bisa maju.
Selama ini, jelas Ustaz Fadlan, para pemuda berusia 17-19 tahun itu merasa tidak mendapatkan perbaikan nasib di kampung halaman. Keinginan untuk maju itu mengantarkan keempatnya pada Ustaz Fadlan dan cahaya Islam.
Menurut Ustaz Fadlan, kepala suku mengatakan kepada para pemuda bahwa satu-satunya jalan su paya maju ialah belajar, menimba ilmu keluar dari kampung halaman. Tak pelak, banyak jamaah mengucurkan air mata bahagia melihat saudara-saudara mereka dari suku Asmat mengikrarkan syahadat.
Keempat pemuda ini selanjutnya akan dibina di Pesantren Nuu War milik Ustaz Fadlan. Dai Papua itu menje laskan, pesantren tersebut saat ini dihuni sekitar 700 santri dan secara khusus membina anak-anak Muslim Papua. Mereka akan dididik sampai jen jang pendidikan S1/D3.
Setelah memiliki bekal ilmu memadai, para putra Papua tersebut akan dikembalikan untuk membangun sukunya.
Ustaz Fadlan menambahkan, salah satu upaya dakwah Islam di pedalaman Papua saat ini telah dilakukan lewat penempatan dai AFKN. Ada 31 kampung suku Asmat di pulau paling timur Indonesia itu.
Dari jumlah tersebut, yang tersentuh dakwah belum ada 15 kampung. "Harapannya mereka akan menjadi anak bangsa yang mempunyai pemaham an Islam kuat, kemudian pulang ke kampung halaman untuk bekerja dan mengambil peran dakwah," ungkap dia.
Setelah mengucapkan syahadat, keempat pemuda tersebut mendapatkan nama baru. Pemberian nama dilakukan dari keluarga besar PLN Pusat. Pemuda bernama Yance mendapat nama baru Muhammad Yusuf, Yopi menjadi Muhammad Ismail, Geri menjadi Muhammad Iqbal, sedangkan Hilman menjadi Muhammad Hanif.
Keempat mualaf juga mendapatkan seperangkat alat shalat, Alquran, dan bingkisan dari Lazis PLN. Bingkisan tersebut meliputi hadiah Rp 5 juta, dua baju koko, dan dua kain sarung. Selain itu, Lazis PLN akan melakukan pemberian beasiswa kepada 75 santri asal Papua.