REPUBLIKA.CO.ID, Selepas kemenangan kaum Muslimin atas kaum kafir di perang Dzatur Riqa', Rasulullah bersama pasukan kaum Muslimin langsung bertolak ke Madinah. Dalam perjalanan, pasukan Muslimin terpaksa bermalam di sebuah tempat. Lantas disuruhlah dua orang sahabat Rasulullah ‘Ammar bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyir untuk berjaga-jaga (hirasah) di tempat yang disebut pintu syi'b.
Kedua sahabat yang kelelahan tersebut bersepakat untuk 'piket malam' secara bergantian. Melihat 'Ammar yang sangat kelelahan, 'Abbad meminta rekannya untuk tidur lebih dahulu. Saat berjaga,'Abbad merasa lingkungannya sudah aman. Maka, terlintaslah dalam pikirannya untuk mengisi waktu dengan shalat malam. Bukankah ia bisa memperoleh pahala berlipat?
Ketika tengah khusyu' dengan bacaan shalatnya, tanpa disadari 'Abbad ada sepasang mata yang mengincarnya. Sejurus kemudian, sebatang panah pun menancap di pangkal lengannya. Herannya, panah itu diabaikannya begitu saja. Ia terus melanjutkan shalatnya seakan tidak terjadi apa-apa.
Tak lama berselang, panah kedua dan ketiga pun berdesing menghujam tubuhnya. Namun 'Abbad tetap saja bersikap tenang seperti tak terjadi apa-apa. Panah yang menancap ditubuhnya itu secara perlahan dicabutnya, lalu ia teruskan shalatnya. 'Abbad yang hampir sekarat itu terus menyelesaikan shalatnya. Setelah salam ke kanan dan kekiri, barulah ia tarik rekannya 'Ammar yang tertidur.
Spontan saja, ‘Ammar yang baru terbangun dari tidurnya sangat kaget melihat rekannya yang sudah bersimbah darah. "Gantikan aku mengawal, karena aku telah kena," tutur 'Abbad dengan sisa tenaganya.
Si pemanah pengecut itu pun lari tunggang-langgang melihat banyak diantara kaum muslimin yang sudah terbangun. “Subhanallah, Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi?" tanya 'Ammar kepada 'Abbad.
"Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Alquran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya. Demi Allah, kalau bukan karena takut mengabaikan tugas yang diperintahkan Rasulullah, aku akan biarkan orang itu membunuhku hingga aku selesaikan bacaanku," ujar 'Abbad. Demikian seperti dikisahkan dalam Bidayah wan Nihayah Karangan Imam Ibnu Katsir.