REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan salat Istiqo, Ahad (10/1) untuk meminta hujan akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga menyebabkan sebagian tanaman pertanian kering dan terancam gagal panen.
Sekitar 500 orang, warga Desa Gading, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul menggelar Shalat Istisqa dengan iman dan khatib Abdul Rokhim.
Abdul Rokhim mengungkapkan dalam kondisi mendapat cobaan dari Allah SWT, termasuk terhentinya curah hujan, umat Islam hanya bisa berpasrah diri kepada Tuhan yang Maha Esa.
"Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan manusia, makanya kita wajib berpasrah diri, mohon ampun segala dosa dan kesalahan, semoga hujan yang kita tunggu segera turun," kata Abdul Rokhim.
Menurut dia, hujan yang diharapkan, hujan yang barakah dan tidak membawa musibah. "Meskipun, kita sangat mengharap turunnya hujan, namun hujan yang bermanfaat bagi kita semua," ujarnya.
Salah satu tokoh warga, Ibrahim mengakui shalat Istisqa merupakan puncak keprihatinan masyarakat, utamanya petani yang tanaman pertanian sebagian mati dan terancam gagal panen karena sudah lama tidak ada hujan.
"Hujan sangat diharapkan, maka kami sepakat melaksanakan Shalat Istiqo, mudah-mudahan doa kami terkabul dan hujan segera turun, sehingga tanaman akan kembali tumbuh dan bisa panen sebagaimana yang diharapkan."
Tak hanya warga Desa Gading, Kecamatan Patuk yang menggelar Shalat Istisqa. Dalam waktu yang sama, warga Desa Karangasem Kecamatan Plaiyan, Kabupaten Gunung Kidul juga menggelar Shalat Istisqa di lapangan desa dengan imam dan khatib, Mujiono.
Dalam khutbahnya, Mujiono mengingatkan masyarakat untuk bertaubat, banyak membaca istighfar dan berserah diri kepada Allah SWT. "Dengan taubat dan istighfar, diharapkan hujan segera turun," ujarnya.