REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Masjid-masjid di Prancis telah mengundang non-Muslim untuk mencoba untuk membuat pemahaman yang lebih besar terhadap Islam di Prancis. Selama open house pada akhir pekan, pengunjung ditawarkan minuman panas, kue-kue, demonstrasi kaligrafi, dan diskusi.
Ratusan masjid di Prancis mengambil bagian dalam acara open house, yang dijuluki sebagai secangkir teh persaudaraan.
“Tujuannya untuk menciptakan ruang dimana orang bisa bersama-sama dan bertemu jemaah Muslim dan sesama warga kami,” kata Presiden French Council of the Muslim Faith (CFCM), Anouar Kbibech seperti dikutip dari BBC, Sabtu (9/1).
Dia mengatakan, CFMC ingin menggunakan peringatan serangan Charlie Hebdo untuk menyoroti nilai-nilai Islam yang sebenarnya, untuk meluruskan hal yang klise terkait kekerasan dan terorisme.
CFCM berusaha menjauhkan Islam mainstream dari serangan jihad baru-baru ini. Inisiatif ini datang setahun setelah pembunuhan Charlie Hebdo di Paris.
Pasukan jihad bersenjata telah menewaskan 17 orang di lokasi yang berbeda di Paris, termasuk kantor majalah Charlie Hebdo yang satir dan supermarket halal.
Untuk menandai peringatan insiden tersebut, Presiden Francois Hollande meluncurkan sebuah plakat pada Sabtu dalam penghormatan kepada salah satu dari mereka yang meninggal, polisi Clarissa Jean Philippe. Warga Prancis juga mengingat empat sandera Yahudi tewas di supermarket.
Prancis masih dalam keadaan darurat setelah serangan November di Paris, yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata terkait kelompok ISIS, yang menewaskan 130 orang.