Sabtu 09 Jan 2016 06:12 WIB

Bertobat Sebelum Melakukan Perjalanan Jauh

Istighfar, memohon ampun dari segala dosa.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Istighfar, memohon ampun dari segala dosa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Buku Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Prof Dr Wahbah Az-Zuhaili dalam bukunya menerangkan, terdapat beberapa etika bagi seorang Muslim yang akan melakukan perjalanan jauh.

Selain melakukan musyawarah dan melaksanalan shalat dua rakaat, shalat sunnah istikharah, Prof Dr Wahbah Az-Zuhaili juga menganjurkan Muslim yang akan melakukan perjalanan ibadah haji atau perjalanan jauh, untuk bertobat sebelum perjalanan. (Baca juga: Ini Etika Muslim dalam Perjalanan Jauh)

''Apabila seseorang bermaksud melakukan perjalanan jauh, hendaknya dia bertobat dari semua maksiat, mengembalikan barang yang diambilnya tanpa hak kepada pemiliknya yang sah, melunasi utang-utangnya, memulangkan barang-barang yang dititipkan kepadanya serta meminta maaf kepada orang-orang yang bergaul dengannya,'' kata az-Zuhaili.

Tak hanya itu, Syeikh Wahbah Az-Zuhaili juga menganjurkan bagi Muslim yang ingin melakukan perjalanan jauh, hendaknya menulis wasiat serta mempersaksikan surat wasiat tersebut, menunjuk seseorang yang akan melunasi utangnya jika dia belum mampu melunasinya dan meninggalkan sejumlah harta untuk nafkah keluarganya.

Etika keempat, ungkap Syeikh Wahbah Az-Zuhaili adalah menyenangkan hati kedua orang tua. Menurut Syeikh Az-Zuhaili, seorang Muslim yang bermaksud melakukan perjalanan jauh, hendaknya dia berusaha menyenangkan hati kedua orang tuanya dan semua orang yang berkaku baik kepadanya.

''Bagi seorang wanita yang ingin melakukan perjalanan jauh, hendaknya dia menyenangkan hati suaminya dan para kerabatnya. Suami dianjurkan berangkat haji bersama istrinya,'' ungkap Syeikh Wahbah Az-Zuahili.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement