Jumat 08 Jan 2016 09:44 WIB

Umar Pun Sering Menginterupsi Rasulullah

Rep: Sri Handayani/ Red: achmad syalaby
Masjid Umar bin Khattab di Madinah
Foto: istimewa
Masjid Umar bin Khattab di Madinah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta Nasaruddin Umar mengatakan, seorang pemimpin  hendaknya tak kebal terhadap kritik. Pemimpin tak boleh otoriter. Ia menceritakan, pada masa hidup Rasulullah SAW, Umar bin Khattab RA merupakan salah seorang sahabat yang sering menginterupsi kebijakan Beliau. 

Sering kali terjadi perdebatan seru di antara mereka. Dalam kondisi ini, Allah SWT terkadang menurunkan ayat yang justru membenarkan pendapat Umar bin Khattab RA dan tidak memihak kepada Nabi Muhammad SAW. 

Dalam perang Badar, kaum Muslim berhasil mengalahkan pasukan kaum Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak. Mereka pun menjadi tawanan perang kaum Muslim. Rasulullah SAW kemudian mengajak para sahabat untuk merundingkan perlakukan yang tepat bagi para tawanan. 

Dalam kesempatan tersebut, Abu Bakar ash-Shiddiq RA mengusulkan agar para tawanan tersebut dibebaskan dengan sejumlah tebusan tertentu. Ia berharap tindakan ini dapat mengetuk hati para musuh dan membuat mereka tertarik untuk masuk Islam. 

Umar bin Khattab RA memiliki ide yang tegas dan jauh berbeda. Ia mengusulkan agar para tawanan itu dibunuh sebab mereka adalah para pemimpin kaum Musyrikin yang terus memerangi umat Islam. Nabi Muhammad SAW cenderung mengikuti pendapat Abu Bakar ash-Shiddiq RA dengan berpedoman pada ayat Alquran (QS Muhammad [47]: 4). 

Allah SWT ternyata membenarkan pendapat Umar dengan turunnya firman-Nya, “Tidaklah pantas bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil. Maka, makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu peroleh itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS al-Anfal [8]: 67-69)

Sejarah membuktikan, para tahanan yang dibebaskan ketika itu kemudian menjadi musuh umat Islam yang paling kuat dalam Perang Uhud. Mereka membantai kaum Muslim karena hendak membalas kekalahan pada perang Badar. 

Kejadian ini tak hanya berlangsung sekali. Dalam beberapa kesempatan, Allah lebih memihak kritik dan nasihat yang diberikan Umar bin Khattab RA. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW tidak bersikap sombong. Ia menyadari ketidaksempurnaan pada dirinya dan mengatakan, “Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati Umar.” (HR Tirmidzi)

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement