Sabtu 26 Dec 2015 05:30 WIB

Muludan Digelar Serentak di Empat Keraton Cirebon

Rep: Lilis Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Keraton Kasepuhan Cirebon
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Keraton Kasepuhan Cirebon

Di Tajug Agung Keraton Kaprabonan, kemudian diadakan pembacaan doa, salawat dan barzanji. Sementara itu, di Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan, prosesi Malam Panjang Jimat juga diisi dengan arak-arakan berbagai benda pusaka keraton dan nasi jimat. 

Di Keraton Kasepuhan, arak-arakan berbagai benda yang melambangkan kelahiran seorang manusia dan nasi jimat itu diawali dari Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung yang berjarak sekitar 100 meter.

Di Langgar Agung, kemudian dilaksanakan shalawatan dan pengajian kitab Barjanzi hingga tengah malam. Setelah itu, nasi jimat dan makanan lain yang disajikan di atas piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati pun disantap bersama.

Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat mengungkapkan, rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan istilah Muludan, merupakan peristiwa tradisi budaya khas Indonesia untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.

"Tradisi panjang jimat yang biasa digelar pada puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dulu menjadi media penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati," tutur Sultan.

Selama menyebarkan agama Islam, Sunan Gunung Jati hampir tidak pernah menggunakan peperangan. Hal itu karena Sang Wali menghormati adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Di antaranya, menggunakan media wayang kulit dan gong sekaten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement