REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT) menyambut baik konsep wisata halal yang dipromosikan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat.
Bahkan, praktek wisata halal di Gili Trawangan sudah berjalan melalui penyediaan makanan halal bagi wisatawan karena mayoritas pengusaha yang berlatar belakang agama Islam.
Namun, jika harus menetapkan Gili Trawangan sebagai daerah wisata halal maka relatif sulit karena konsep wisata halal yang berbeda dan masih jauh untuk diwujudkan.
Sebab, Gili Trawangan sudah memiliki brand sebagai pulau bagi wisatawan yang akan berpesta (Island Party) bagi wisatawan khususnya yang berasal dari eropa.
“APGT merekomendasikan tempat “Good Heart Bungalow” sebagai contoh wisata halal karena tidak menjual alkohol,'' ungkap Safril Maruf Ali, pengusaha Gili Trawangan yang tergabung dalam APGT kepada wartawan, Rabu (23/12).
Syafril menjelaskan, kepada wisatawan yang ke datang Gili Trawangan tidak perlu khawatir soal makanan. ''Soal akomodasi dan transportasi kami tidak bisa berbicara lebih jauh, karena berbicara konsep syariah beda dan masih jauh dari itu. Kami menyambut baik,” ujarnya.
Ia menuturkan, secara umum, komunitas pengusaha di Gili Trawangan lebih banyak muslim sehingga akan lebih banyak menemukan makanan halal. Terbukti wisatawan asal Malaysia banyak yang berkunjung. “Soal akanan tidak perlu ragu, restoran dan kaki lima sudah memiliki brand halal,” katanya.
Menurutnya, sebagian hotel sudah mendapatkan sertifikasi halal dan beberapa yang lain tengah memproses sertifikasi ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Saya lihat sebagian ada yang sudah mendapatkan sertifikasi halal hotel,” katanya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Lombok Utara, Ahmad Rifai, mengatakan penghargaan yang diraih Lombok dalam ajang World Halal Travel Mart didukung oleh kondisi wilayah yang mayoritas masyarakat Muslim dan masjid yang berjumlah ribuan.