Ahad 20 Dec 2015 19:21 WIB

Survei: Serangan Paris tak Pengaruhi Sentimen Antimuslim di Inggris

Rep: c38/ Red: Joko Sadewo
Muslim Eropa di Inggris
Foto: euobserver.com
Muslim Eropa di Inggris

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Sebuah studi menemukan, serangan teroris bulan lalu di Paris tidak mempengaruhi kenaikan sentimen anti-Muslim di Inggris.

Dilansir dari The Guardian, Ahad (20/12), penelitian yang dilakukan oleh Rob Ford dan Maria Sobolewska dari Universitas Manchester ini muncul di tengah kekhawatiran tentang permusuhan Barat terhadap umat Islam, setelah kinerja Front Nasional dalam pemilihan regional di Perancis dan usulan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, untuk melarang Muslim masuk ke AS.

Para peneliti menanyakan pertanyaan yang sama, baik sebelum maupun sesudah serangan Paris 13 November. Sebelum serangan Paris, 33 persen responden setuju 'Muslim menawarkan banyak hal untuk budaya Inggris’. Angka ini berbanding 35 persen yang tidak setuju. 

Setelah serangan Paris, proporsi yang tidak setuju tetap sama, tetapi ada tambahan 2 persen yang setuju dengan pernyataan itu.

Peningkatan yang sama ditunjukkan dalam tanggapan terhadap pernyataan 'Muslim di Inggris menghormati cara hidup orang lain'. Sebelum serangan, 23 persen responden setuju dengan pernyataan itu, berbanding 53 persen yang tidak setuju. Setelah serangan Paris, proporsi positif meningkat menjadi 27 persen, sedangkan yang tidak setuju turun menjadi 51 persen.

Perubahan terbesar tampak ketika responden ditanya, apakah London menjadi lebih baik atau lebih buruk dengan keragaman etnis dan agama. Sebelum insiden Paris, 40 persen merasa ibukota lebih baik dengan adanya keragaman etnis, dibanding 32 persen yang berpikir lebih buruk.

Setelah serangan Paris, sikap positif bertambah menjadi 43 persen. Sebaliknya, responden yang merasa keragaman membuat London lebih buruk turun seperempat hingga 24 persen. 

Responden penelitian ini diambil dari seluruh Inggris, bukan hanya London. Karena itu, asumsinya, terorisme di Paris mendorong orang-orang Inggris untuk mempertahankan London sebagai simbol keragaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement