REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan siap hadir dan mengisi tausiah pada acara Dzikir Nasional 2015 yang diadakan Harian Republika di Masjid At-Tiin, Jakarta, 31 Desember 2015.
"Insya Allah, saya siap hadir pada acara Dzikir Nasional 2015," kata Haedar Nasir saat menerima Panitia Dzikir Nasional 2015 yang dipimpin Wakil Pemimpin Redaksi Republika di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (14/12).
Menurut Haedar, acara Dzikir Nasional sangat penting bagi kaum Muslimin, yakni sebagai refleksi akhir tahun. Apalagi, tema yang diangkat kali ini adalah "Menguatkan Ukhuwah Kebangsaan".
"Ukhuwah itu tentunya artinya luas sekali. Dan, bagi setiap Muslim, ukhuwah itu haruslah bersumber dari hati," ungkap Haedar Natsir kepada Republika.
Haedar lalu mengutip Alquran surah al-Hujurat ayat 10, yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
"Ayat Alquran itu menegaskan sesungguhnya sesama Muslim itu bersaudara. Bersaudara itu bukanlah karena kepentingan. Kepentingan hanya alasan praktis saja, tapi yang paling utama persaudaraan itu karena iman. Karena balasan ukhuwah tertinggi yang diharapkan adalah mendapat limpahan kasih sayang Allah SWT," tuturnya.
Haedar mengingatkan, kendala terbesar ukhuwah adalah egoisme, baik egoisme pribadi maupun kelompok. Musuh ukhuwah adalah perpecahan. Sedangkan, ujian ukhuwah, kata Haedar, adalah "kue" (materi).
"Apakah 'kue' tersebut mau dibagi atau jadi rebutan? Sering kali umat Islam gagal dalam hal ini. Kalau belum ada apa-apa, semua saling menolong dan tenang. Namun, begitu ada sesuatu yang bersifat materi, umat Islam saling berebut," paparnya.
Karena itu, kata Haedar, perlu sekali upaya mendidik dan memberdayakan umat Islam agar lebih dewasa. "Kalau umat Islam makin dewasa dan mempunyai sesuatu (kemampuan materi) maka umat Islam akan lebih tenang dan tidak berebutan," ujarnya.