Selasa 08 Dec 2015 17:48 WIB

Pemikiran Ulama Indonesia Belum Mendunia

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Naskah klasik Islam Nusantara (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Naskah klasik Islam Nusantara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah karya tulis para ulama di Indonesia belum banyak diterjemahkan ke bahasa asing. Salah satu penyebabnya, karya para ulama tersebut memiliki ruang lingkup yang terbatas. 

Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yakub menilai karya ulama Indonesia masih dipengaruhi pemikiran yang sifatnya keindonesiaan. Sehingga, tidak bisa dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri.

"Terkadang karya-karya para ulama itu scope-nya tidak terlalu mendunia, terlalu banyak corak Indonesia," kata Ali saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/12).

(Baca Juga: Budaya Ulama Menulis Semakin Menurun)

Ali menilai karya tulis para ulama Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Arab hanya diwarnai tentang ilmu tasawuf.

Seharusnya para ulama membuat karya tulis dengan wawasan pemikiran Islam dunia.

Sehingga, dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk umat Islam yang ada di Indonesia tetapi juga umat Islam dunia secera keseluruhan.  "Islam itu universal. Adapun mereka menerangkan tentang Indonesia tidak masalah namun tetap dalam konteks isu Islam dunia," katanya.

Ali menyayangkan animo para ulama dalam menulis saat ini tergolong rendah. Hal tersebut harus segera diubah karena akan mempengaruhi wawasan ulama dalam berdakwah.

Untuk itu, Ali mengimbau para ulama saat ini agar mengikuti jejak para ulama klasik zaman dulu. "Ulama dulu bisa dikenal saat ini karena tulisannya bukan karena rekamannya (ceramah)," tutup Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement