Oleh: Muhammad Arifin Ilham
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun." Sesungguhnya kita semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, suka tidak suka, kapan, di mana, dan dalam kondisi bagaimana. Perkenankan, tulisan kali ini adalah tentang AKP Muhammad Mukhlis, untuk mengenang sosok polisi saleh yang telah wafat dalam tugas negara, yang insya Allah syahid di mata-Nya.
Jabatan terakhirnya adalah Kasubden III Den B Pelopor, Cipanas, Cianjur. AKP Mukhlis adalah Brimob yang selalu hadir untuk berzikir bersama keluarga tercinta. Istrinya seorang mualaf. Ia komandan yang mengkoordinasi setiap tausiyah dan zikir akbar di Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor.
Polisi yang rendah hati dan murah senyum ini wafat demi menyelamatkan seorang ibu yang tenggelam dalam arus yang deras Sungai Cikindul, tepatnya di Bendungan Leuwi Pogor, Kampung Cipurut, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (26/11).
Cerita dari anak buahnya yang menjadi saksi peristiwa tersebut, sang ibu yang terseret arus deras berhasil didorong ke tepian dan selamat. Sementara, AKP Mukhlis terbawa arus hingga Allah wafatkan. Padahal, bambu dan pengait dijulurkan kepadanya, tapi ia menolak dan menyuruh mengulurkannya kepada sang korban. Sehingga, jadilah ia berupaya dan berjuang sendiri menaklukkan arus deras sungai yang menuju bendungan besar tersebut.
Dalam upaya menyelamatkan diri itu, beberapa sahabat yang juga anak buahnya sempat mendengar almarhum bertakbir berkali-kali. "Allahu Akbar!" Subhanallah, almarhum memang hamba Allah yang selalu berzikir, terutama setiap hari dengan wirid al-Asmaul Husna. Beberapa kali penulis mengajaknya dan para anggotanya, lengkap dengan seragam Brimob-nya, tampil dalam dakwah di televisi. AKP Mukhlis pun terlihat istighraq, tenggelam ketika melantunkan al-Asmaul Husna.
Satu waktu, penulis pernah bertanya kepada almarhum, "Bagaimana perasaan abang antara menjaga dan mengawal para demonstran atau saat berzikir?" "Mukhlis sayang semua Pak Ustaz!" katanya menjawab (AKP Mukhlis tidak pernah menyebut dirinya "saya" atau "aku" setiap berbicara dengan penulis). "Subhanallah, justru seperti Muhklis-lah yang dibutuhkan rakyat di negeri ini; sabar, santun, lembut, amanah, tetapi tetap tegas!" kata penulis menjawab.
Kini, polisi saleh yang mulia itu telah menghadap Allah. Sungguh, negeri ini sangat merindukan polisi saleh seperti almarhum tercinta yang sayang pada rakyatnya karena Allah. Rasulullah bersabda, "Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati karena wabah penyakit Tha'un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid." (HR Muslim).
Semoga almarhum tercatat wafatnya sebagai syuhada, diampuni seluruh dosanya, diberi hikmah kesabaran untuk keluarganya, dan Allah memasukkannya ke dalam surga-Nya. Amin. Selamat jalan menuju keridhaan Allah, duhai sahabatku, duhai polisi yang saleh!