Jumat 04 Dec 2015 17:29 WIB

Gaya Hidup Halal Bukan Islamisasi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Salah satu restoran di Singapura, mencatumkan dengan jelas makanan yang mereka jual adalah makanan halal.
Foto: Andi Nur Aminah/Republika
Salah satu restoran di Singapura, mencatumkan dengan jelas makanan yang mereka jual adalah makanan halal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup halal dinilai bukan isu Islamisasi. Sebab ada unsur bisnis besar bagi mereka yang melihat peluangnya. Dengan potensi besar, Indonesia harusnya bisa jadi salah satu pemain utama industri halal.

Tim Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sapta Nirwandar mengatakan, gaya hidup halal bukan isu Islamisasi, tapi pilihan. Di dalamnya pun ada bisnis menjanjikan. "Halal itu bukan soal syariat saja, tapi soal bisnis," kata Sapta dalam Indonesia Halal, Business, Fashion & Food (IHBF) Expo 2015, Jumat (4/12).

Sapta menyontohkan Singapura yang sudah mengembangkan diferensiasi makanan halal. Singapura miliki restoran halal dan dapur halal. Berbeda dengan restoran halal yang sudah menyajikan semua makanan dan minumam halal, dapur halal masih menyediakan minuman tidak halal dengan informasi yang jelas.

Gaya hidup halal salah satunya juga fesyen. Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu melihat Indonesia harusnya jadi pusat fesyen Islam dunia. Selain ide-ide unik para perancang nasional, Indonesia juga punya corak warna yang beragam. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement