Senin 23 Nov 2015 21:03 WIB

Menag: Dakwah Bukan Mengajak dengan Amarah

Rep: c35/ Red: Agung Sasongko
Mari kita meluruskan makna jihad, ilustrasi
Mari kita meluruskan makna jihad, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Saifuddin prihatin dengan pemaknaan jihad yang direduksi dan dipersempit. Bentuk jihad yang hanya memperlihatkan keberanian menumpahkan darah sesama kita.

Menurutnya, bentuk jihad seperti itu telah menegasikan, merendahkan, menafikkan harkat dan martabat Islam. Dimana seharusnya hal itu menjadi tujuan utama diturunkannya Islam di muka bumi ini yakni, memberikan rahmat kepada seluruh umat.

"Indonesia dikenal sebagai negara religius, dimana agama tidak bisa lepas dalam kehidupan di tengah keberagaman masyarakatnya. Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan secara geografis juga terbesar di dunia," kata dia.

 

(Baca juga: Jihad itu Kemampuan Mengatasi Kemiskinan dan Persoalan Pendidikan)

Tentu, kata Menag, kemajemukan disini juga sesuatu yang besar pula.  "Dan agama oleh orang tua kita terdahulu meletakkan nilai-nilai agama justru berfungsi untuk merangkai dan merajut keberagaman agar Indonesia tetap utuh sbeagai negara dan bangsa," katanya menegaskan.

Menag mengingatkan umat Islam perlu bijak dalam mengajak atau berdakwah. Bukan mengajak dengan marah yang meledak-ledak. Sehingga dalam konteks kekinian perlu didalami kembali karena tentu teladan

(Baca Juga: Betapa Sulitnya Berdakwah di Akhir Zaman)

Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana berdakwah dalam masyarakat yang beragam. Karena terkadang masih dijuampai sebagian umat Islam dalam berdakwa justru menyalahkan pihak yang tidak sama dengan mereka.

Padahal, menurut dia, tentu semua paham bahwa pendapat itu tidak tunggal. "Yang dituntut dari kita adalah saling menghargai dan menghormati terhadap sesama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement