Selasa 17 Nov 2015 19:06 WIB

Kota Kemenangan Misr al-Qahira

Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir
Foto: memphistours
Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 970 M, atas instruksi Khalifah al-Muiz, di kaki Bukit al-Muqattam Jenderal Jauhar meletakkan batu pondasi ibu kota baru Misr al-Qahira yang artinya kemenangan. Misr al-Qahira kini dikenal sebagai Kairo. Ibu Kota Fatimiyah ini terletak lima kilometer di utara Fustat.

Kairo adalah kota istana yang dibuat khusus bagi khalifah, tapi kota ini juga berisi seperempat tentara yang dimiliki Fatimiyah. Dinding batu bata dibangun membentuk persegi panjang berukuran  1.100x1.150 meter dengan delapan pintu gerbang.

Menurut penyair Persia Nasr-i Khusrau yang mengunjungi kota itu pada 1048 M, gudang, pasar, dan tempat pemandian harus dibangun dalam tembok kota untuk memasok kebutuhan penduduk di dalamnya. Sebuah jalan besar yang disebut al-Shari al-Azam dibangun di sepanjang sumbu utara sampai selatan.

Istana Khalifah al-Muiz yang kemudian dikenal sebagai Istana Agung atau Istana Timur berdiri megah di tengah kota berdampingan dengan Masjid Agung. Selama pemerintahan al-Aziz (975-996 M), Istana Barat dibangun di seberang Istana al-Muiz. Di antara kedua istana terdapat ruang terbuka lebar yang disebut Bain al-Qasrain (Antara Dua Istana).

(Baca juga: Pengaruh Abbasiyah dan Umayyah pada Arsitektur Fatimiyah)

Kedua istana ini ditinggalkan setelah jatuhnya kekhalifahan dan hancur pada abad ke-15. Informasi mengenai kedua bangunan diketahui dari peninggalan teks-teks tua. Istana Timur adalah kediaman khalifah. Berbagai departemen pemerintahan juga mendiami istana itu, seperti departemen keuangan dan militer.

Kebun dan arena berkuda atau kompetisi olahraga dibangun di dalamnya oleh penguasa Ikhshidid, Kafur  (966-968 M). Jika ingin menuju ke sini, harus melewati Bab ad-Dhabab (Gerbang Emas) yang di atasnya terdapat paviliun bagi khalifah. Khalifah menonton pertunjukan dari paviliun ini dan bisa menunjukkan dirinya kepada rakyatnya pada acara-acara perayaan.

Nasr-i Khusrau menyebutkan, serangkaian bangunan, teras, dan aula menjadi bagian dari istana. Sejarawan dari Mamluk al-Maqrizi menjelaskan, sekitar 10 paviliun dari berbagai periode berdiri di antara taman-taman indah dan dilengkapi dengan beranda terbuka.

Apartemen hunian dihiasi dengan megah. Penulis sejarah William dari Tirus yang dikirim raja Yerusalem sebagai utusan pada 1167 M menggambarkan bangunan istana dengan halaman terbuka yang luas dikelilingi tiang beratap. Semua itu dilapisi marmer dengan warna berbeda. Aula ditutupi tirai emas dan sutra beraneka warna. Binatang liar, burung, dan manusia bersinar dengan rubi, zamrud, dan seribu batu berharga lainnya.

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement