Senin 16 Nov 2015 16:18 WIB

Ini Perbedaan Intelektual Muslim Masa Kini dengan Orde Baru

Rep: c 16/ Red: Indah Wulandari
 Ketua Presidium ICMI Sugiharto menandatangani naskah kerjasama disaksikan Ketua Dewan Kehormatan ICMI BJ Habibie (kanan), dalam Rapat Majelis Pimpinan Paripurna ICMI 2015 di Jakarta, Jumat (17/4). (Republika/Tahta Aidilla)
Ketua Presidium ICMI Sugiharto menandatangani naskah kerjasama disaksikan Ketua Dewan Kehormatan ICMI BJ Habibie (kanan), dalam Rapat Majelis Pimpinan Paripurna ICMI 2015 di Jakarta, Jumat (17/4). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peran dan kiprah intelektual Muslim saat ini harus diwujudkan dalam sebuah kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Banyak juga intelektual Muslim sekarang yang memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi dan berpikir kritis, melakukan pengabdian kepada masyarakat," ujar cendekiawan Muslim Prof Dr KH Didin Hafidhuddin saat dihubungi Republika.co.id, Senin (16/11).

Tidak seperti pada masa Orde Baru, Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memaparkan, intelektual Muslim saat ini lebih fokus pada aspek sosial dan pemberdayaan masyarakat. Lantaran  permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat saat ini adalah soal kemiskinan.

"Sekarang banyak masyarakat yang miskin. Sehingga banyak intelektual Muslim yang melakukan kegiatan-kegiatan untuk mesyarakat kecil," tambah Didin.

Intelektual Muslim saat ini, kata Didin, lebih terlibat kepada problem-problem sosial. Mereka berperan dibidang pendidikan dan ekonomi. Contohnya, dalam hal membangun masyarakat ekonomi  syariah.

Menurutnya, gerakan koperasi ekonomi syariah ini bukan semata gerakan praktisi perbankan, melainkan lahir dari gerakan intelektual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement