Rabu 11 Nov 2015 16:23 WIB

Suluk Al Mizan, Cahaya Tauhid Kesetaraan Pesantren Ini

Rep: Lilis Handayani/ Red: Indah Wulandari
Ponpes Al Mizan, Majalengka dan KH Maman Imanulhaq
Foto: pstalmizan
Ponpes Al Mizan, Majalengka dan KH Maman Imanulhaq

REPUBLIKA.CO.ID,MAJALENGKA -- Pemaknaan tauhid dalam konteks relasi sosial sesungguhnya terkandung sebuah spirit kesetaraan.

‘’Berangkat dari pemahaman tauhid kesetaraan itulah, pondasi dasar tradisi keilmuan Pondok Pesantren Al Mizan dibangun dan dikembangkan hingga saat ini,’’ ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka KH Maman Imanulhaq Faqieh, beberapa waktu lalu.

 

Pria yang akrab disapa Kang Maman itu mengatakan, selain membawa kemaslahatan individual, kesetaraan tauhid akan mendorong pula pada terbentuknya kemaslahatan sosial. Yakni, sebuah tatanan masyarakat yang bermoral, santun dan manusiawi, bebas dari diskriminasi, ketidakadilan, kezaliman, dan penindasan.

Pada sisi inilah, spirit transformasi diharapkan muncul atau lahir dari pesantren. Sehingga pesantren betul-betul ada sebagai bagian dari solusi atau jalan keluar dari kebuntuan sosial.

 

‘’Dari spirit itu sesungguhnya Al Mizan ingin menebarkan semangat Islam yang konstruktif dan humanis, yang membumi, tidak mengawang-ngawang, dan selalu berangkat dari realitas sosial dan kultural,’’ terang Kang Maman.

 

Selain itu, dari spirit tauhid kesetaraan itupula, akan lahir spirit Islam yang diorientasikan bagi perdamaian, Islam antikekerasan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Al Mizan ingin mengukuhan Islam damai dan toleran yang memberikan kesejukan kepada siapapun.

 

Ponpes Al Mizan pun berupaya menanamkan sejak dini kepada para santrinya untuk berperan secara sosial dengan melebur menjadi bagian dari komunitas masyarakat sekitarnya. Para santri dididik untuk dapat turut andil dalam mewujudkan masyarakat beradab yang maslahat.

 

Diharapkan, dari Al-Mizan akan lahir generasi yang mempunyai karakter Qurani dan memegang teguh nilai-nilai Islami.  Pribadi-pribadi yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan yang akan mensosialisasikan nilai-nilai cinta kasih, persaudaraan, prinsip keadilan sosial, kemashlahatan dan kerahmatan semesta di tengah kehidupan berbangsa, bernegara serta dalam kehidupan global.

 

Setiap hari, selain menerima pelajaran di sekolah formal yang berdasarkan kurikulum Kemendikbud dan Kemenag, para santri yang berjumlah sekitar 1.000 orang itu juga menerima pendidikan kepesantrenan. Mereka diharuskan membaca dan mengkaji Alquran, hadis dan kitab kuning. Para santri, mulai dari tingkat MTs, SMA dan SMK, juga diharuskan tinggal di asrama.

 

Tak hanya itu, di ponpes yang didirikan pada 1999 tersebut, para santri juga dibekali pendidikan ekstrakurikuler ‘suluk mizani’. Yakni sebuah cara untuk menginternalisasi nilai-nilai kealmizanan dan keindonesiaan. Dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut, para santri dikumpulkan dan berbaris di lapangan.

Dengan dipimpin Kang Maman ataupun pengajar lainnya, para santri melakukan gerakan-gerakan tertentu yang mengekspresikan optimisme, meneriakkan yel-yel dan nyanyian berisi motivasi, dengan diselingi permainan edukatif.

Al Mizan pun selama ini menjadi rumah bagi anak-anak jalanan yang selama ini masih terpinggirkan. Untuk mewadahi kretivitas mereka, maka Al Mizan bersama-sama Komunitas Anak Jalanan Jatiwangi (Anjat) dan Anak Jalanan sekitar Al-Mizan, mendirikan Rumah Singgah Anak Bangsa Kreatif (Rumah Singgah ABK) pada 2013.

Rumah singgah itu  terletak di dusun Pasuketan, Ciborelang, Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Berbagai kegiatan positif dari anak-anak jalanan dikembangkan di rumah singgah itu, di antaranya servis atau bengkel motor, jasa servis jok, dan jasa cuci motor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement