REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Buku Revolusi Pancasila karya Yudi Latif menginspirasi kalangan Nahdliyin untuk menggelorakan kembali semangat mempraktikkan nilai-nilai Pancasila, sekaligus menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Pancasila.
"Tak ada yang membantah bahwa penggagas Pancasila adalah Bung Karno. NU (Nahdlatul Ulama) turut mengusulkan dan mendukung 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Pancasila oleh Presiden Republik Indonesia," ungkap Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf dalam bedah buku Revolusi Pancasila di Gedung PWNU Jatim, Senin (9/11).
Dalam rilisnya kepada Republika.co.id, Gus Ipul, panggilan dari Syaifullah Gus menilai Yudi Latif berhasil menyalakan kembali api revolusi yang sejalan dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Yakni, ujarnya, Revolusi Pancasila yang bukan serupa revolusi borjuis, bukan pula revolusi proletar, melainkan revolusi kemanusiaan sesuai tuntutan budi nurani yang universal dan melampaui batas-batas kelas hingga golongan.
“Atas dasar ini, maka NU selalu memberikan dukungan terhadap gagasan peringatan 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila,” tegas Gus Ipul.
Yudi Latif pun mengamini bahwa Revolusi Pancasila harus dimulai dari perubahan besar untuk menuju masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur. "Cita cita Pancasila sebenarnya adalah mewujudkan perikehidupan kebangsaan yang adil dan makmur," ungkapnya.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang juga ikut membedah buku pun menilai, dengan mempraktikkan Pancasila dalam karakternya yang progresif, maka realitas kemiskinan yang terjadi di Indonesia harus didekati dengan watak kekuasaan yang membumikan nilai-nilai Pancasila.