REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bonus demografi dalam perspektif kader Gerakan Pemuda Ansor harus diperkuat dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah sebagai strategi kebudayaan demi terwujudnya Islam di Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman dan kedamaian.
Hal itu dituangkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kaderisasi PP GP Ansor Rizqon Halal Syah dalam buku berjudul "Ansor dan Tantangan Kebangsaan: Sebuah Refleksi Demografi Politik Dari Social Capital Menuju Human Capital".
Menurutnya, struktur penduduk Indonesia usia 30-40 tahun cukup signifikan di Indonesia. Kader GP Ansor yang berada di dalamnya ia perkirakan ada 12 juta kader muda jika asumsi merujuk pada 20 persen dari total warga NU.
“Kalau peluang ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh negara, maka kehidupan di masa depan akan menuai ancaman,” ujarnya seperti dilansir oleh nu.or.id, Kamis (29/10).
Buku yang dieditori oleh Syahruddin El-Fikri dan diterbitkan oleh Republika Penerbit ini intinya mengingatkan tentang pentingnya pengelolaan bonus demografi secara tepat baik oleh organisasi masyarakat seperti GP Ansor maupun oleh pemerintah.
“Penduduk usia produktif yang melimpah tapi terabaikan menjadi beban bagi pembangunan Indonesia ke depan,” jelas Rizqon.
Peluncuran buku ini juga dihadiri sejumlah tokoh antara lain, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi, Wakil Ketua Umum PBNU Slamet Effendy Yusuf, Prof Dr Ahmad Mubarok dari Mubarok Center, Prof. Dr Prijono Tjiptoherijanto (guru besar ekonomi UI), Bupati Brebes Idza Priyanti, mantan kepala umum staf TNI Letjen (Purn) Johanes Suryo Prabowo, para akademisi, dan ratusan kader Ansor.
Slamet Effendy Yusuf mengapresiasi penerbitan buku tersebut. Ia mendorong agar GP Ansor melahirkan kader-kader handal untuk NU, serta mengambil peran-peran strategis dalam kehidupan bangsa ini.