Jumat 23 Oct 2015 01:05 WIB

Tetesan Air Mata Keluarga Korban Insiden Mina

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Ratusan ambulans membawa korban insiden Mina.
Foto: Dawn.com
Ratusan ambulans membawa korban insiden Mina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Suasana haru dan duka menyelimuti kedatangan jamaah haji Kloter 61 asal Kabupaten Bandung yang menjadi korban insiden Mina, di Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi, Kamis (22/10) malam.

Dari sebanyak 450 jamaah haji Kloter 61 yang berangkat pada Senin (14/9) lalu, kini sebanyak 60 orang jamaah tidak dapat kembali ke pelukan keluarga tercinta karena menjadi korban insiden Mina. 

Sekitar puluhan orang keluarga yang tiba di asrama sejak Kamis siang (22/10) menangis terharu melihat keluarga mereka pulang dengan selamat. Rasa cemas akan nasib keluarga yang sempat menjadi korban insiden tersebut menguap oleh tangis haru saat para jamaah yang selamat memasuki asrama.

Rameyza (9 tahun) dan Syahreza (6 tahun), putri dan putra dari pasangan Sisca Nur Annisa (37) dan Irpan Firdaus (38) menangis haru saat bertemu kedua orangtuanya yang sempat menjadi korban insiden Mina. Rasa syukur berulang kali terucapkan oleh keluarga tersebut ketika bertemu dan saling berpelukan. 

Kendati begitu, Raymeza juga merasakan kesedihan yang mendalam untuk lima orang sepupunya. Karena, orangtuanya berangkat bersama dengan lima orang kerabat lainnya, dan empat orang dari mereka tidak selamat dalam insiden tersebut.

"Seneng lihat ayah bunda, tapi sedih lihat saudara yang lain. Orangtuanya nggak pulang," tutur Raymeza di sela-sela isak tangisnya, pada Republika, di Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi, Kamis (22/10) malam. 

Raymeza yang datang bersama keluarga besarnya ini berulang kali mengucap rasa tidak sabar menunggu kedua orangtuanya yang sedang dalam proses pelepasan jamaah haji di Aula Arafah. Hj Tina (65 tahun), nenek Raymeza sekaligus ibunda Sisca, menuturkan bahwa sebanyak tujuh orang dari keluarga besar mereka merupakan jamaah haji kloter 61. Namun, insiden tersebut merenggut nyawa empat orang anggota keluarga asal Banjar tersebut.

"Anak saya Sisca dan suaminya lalu satu orang saudara lagi Alhamdulillah selamat. Sementara kedua orangtua saudara suaminya Sisca, dan juga pasangannya meninggal disana," jelas Tina.

Dengan sedih Tina menuturkan, kedua pasangan suami istri yang meninggal dunia pada insiden Mina itu telah meninggalkan masing-masing 2 dan 3 orang anak yang masih kecil. "Anaknya sempet nanya 'Bunda dimana?' Ya Allah, semoga anak-anak yatim ini jadi anak soleh dan solehah," ucap Tina dengan terisak. 

Dari yang diceritakan oleh Sisca pada Tina via saluran telepon, Tina menuturkan, bahwa saat kejadian tersebut perjuangan putrinya untuk bisa hidup amat sangat berat. Semua berkat pertolongan Allah, kata Tina, putrinya beserta suami bisa selamat.

"Jangankan gerak, napas aja susah, pas Irpan mau menyelamatkan istri kakaknya, tapi nggak bisa, keburu meninggal. Dia langsung buru-buru menyelamatkan diri, kebetulan bisa naik pagar bawa istrinya. Ada orang Nigeria yang besar ngasih kakinya untuk jadi pijakan naik ke pagar. Megangin pagar bergantung di pagar, menepi, nginjak tumpukan mayat, lalu duduk di ruangan genset yang sudah bergelimpangan mayat,"tutur Tina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement