Rabu 21 Oct 2015 15:13 WIB

Ingin Berkuasa, Kader Muhammadiyah tak Boleh Tiru Napoleon

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari
Muhammadiyah
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ormas Muhammadiyah yang dikenal  cara dialoq persuasif mendorong para kadernya berpolitik tanpa pengerahan massa.

“Hendaknya kader-kader Muhammadiyah mengutamakan dialog tersebut. Bukan zamannya lagi untuk mencapai kekuasaan seperti cara-cara Napoleon yang menyebut kekuasaan adalah saya, atau gaya Julius Caesar yang menyebut dirinya Dewa,” tegas Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur  Prof Achmad Jainuri dalam seminar bertajuk Peran Pancasila dalam Mencegah Infiltrasi Budaya Kekerasan Guna Menyukseskan Pilkada Serentak, beberapa waktu lalu.

Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini pun berharap agar politisi dari kalangan Muhammadiyah dalam meraih kekuasaan hendaknya menghindari pengerahan kekuatan massa.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Dr Ari Wibowo mengatakan, saat ini perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami lompatan yang besar dan dapat mengalahkan India. Maka, kondisi itu harus dipertahankan.

Masyarakat Indonesia pun dinilainya lebih dewasa daripada kelompok elitnya. Seperti yang dicontohkan kebanyakan kader Muhammadiyah.

“Selesai Pilkada, hanya elit yang ribut, namun keributan akan berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK) dan diprediksi tidak ada korban jiwa yang besar seperti di zaman sebelumnya, sebab keputusan MK adalah final yang diterima bersama,” cetus Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement