Ahad 18 Oct 2015 15:38 WIB

Rais 'Aam PBNU Nilai Hari Santri Sudah Relevan

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Agung Sasongko
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais 'Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin menilai penetapan Hari Santri Nasional (HSN) sudah relevan. Pemilihan tanggal 22 Oktober dianggap sudah sesuai dengan momentum resolusi jihad para santri 70 tahun yang lalu.

"Relevansinya (penetapan HSN) sudah ada. HSN itu harus relevan," ujar Ma'ruf ketika dihubungi ROL, Ahad (18/10).

Kiai Ma'ruf mengatakan, 22 Oktober sudah tepat menjadi HSN karena bertepatan dengan resolusi jihad santri yang digelorakan KH Hasyim Asy'ari pada 1945. Seruan itu lantas membakar semangat rakyat khususnya para santri untuk membela kemerdekaan negara dari penjajahan.

Kiai Ma'ruf menyebut, HSN sudah didukung mayoritas ormas Islam. Ia menjelaskan, terdapat ormas-ormas yang dipilih Menteri Agama dan dimintai pendapat mengenai penetapan HSN. "Saya dengar 9 dari 10 ormas memberikan dukungan," ujarnya.

Kiai Ma'ruf mengaku tidak masalah jika ada pihak yang berkeberatan dengan penetapan HSN. Ia berpendapat, pemerintah sudah tepat mengambil keputusan dengan menetapkan HSN jatuh setiap 22 Oktober.

Ia pun menilai HSN tidak hanya dimiliki satu golongan. "Perlawanan rakyat melawan Belanda di Surabaya yang lantas dikenal dengan peristiwa 10 November itu diawali resolusi jihad dan itu bukan hanya satu kelompok tapi seluruh rakyat Indonesia," ujar Ma'ruf.

Presiden Joko Widodo telah meneken Keputusan Presiden (Keppres) tentang penetapan HSN setiap 22 Oktober. Hal ini lantas menimbulkan polemik. PP Muhammadiyah berkeberatan dengan penetapan HSN karena dapat mengganggu ukhuwah Islam melalui polarisasi santri dan non-santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement