Jumat 16 Oct 2015 17:23 WIB

Ini Rahasia Membaca Taawuz

Shalat
Shalat

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca taawuz (a'udzu billahi minas syai than al-rajim) sebelum membaca surah al-Fatihah dalam perspektif tasawuf sangat penting. Selain memang itu dianjurkan oleh Allah SWT, juga berfungsi tawadhu dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT seraya memohon perlin dungan-Nya dari berbagai gangguan, baik dari gangguan manusia maupun dari golongan jin (minal- jinnah wa al-nas).

Alquran sendiri menganjurkan agar kita melakukan ta'awwudz sebelum membaca ayat Alquran: Fa idza qara'tal qur'an fasta'idz billah minal-syaithan al-rajim (Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk) QS an-Nahl [16]:98.

Dua ayat terakhir di dalam Alquran juga menegaskan betapa pentingnya memohon perlindungan dari Allah SWT, yakni memohon perlindungan dari Tuhan alam semesta (qul a'udzu bi Rabb al-falaq) dan gangguan dari Tuhan manusia (qul a'udzu bi Rabb al-nas).

Meskipun tidak dibaca keras (jahr), para kalangan arifin tidak pernah meninggalkan membaca ta'awwudz sebelum mebaca surah al-Fatihah karena mereka merasa lebih dekat, mesra, dan dalam genggaman Tuhannya. Dengan ta'awwudz, shalat mereka bisa lebih khusyuk karena sudah mengikrarkan penyerahan diri dan perlindungan kepada Tuhannya sebelum lebih lanjut melaksanakan rangkaian shalat.

Perlu diingat bahwa shalat adalah pendakian (mi'raj) seorang mukmin kepada Tuhannya. Iblis dan pasukannya paling membenci orang yang akan mi'raj. Karena itu, mereka akan mengusahakan berbagai cara agar pendakiannya gagal mencapai orbit yang dituju dengan melakukan berbagai serangan, baik menggunakan kekuatan mereka sendiri atau menggunakan keuatan orang lain, sebagaimana diisyaratkan dalam surah an-Nas.

Isti'adzah (a'udzu) berasal dari kata al-'audz yang mempunyai dua arti, pertama, yaitu "kembali ke..."

(iltija') atau "berlindung kepada..."(istijarah). Keduanya berarti memohon perlindungan. Kedua berarti "melekat" (iltishaq).

Arti pertama dari a'udzu billahi berarti "Aku berlindung dengan rahmat dan penjagaan Allah". Sedangkan yang kedua berarti "Aku lekatkan diriku dengan karunia dan rahmat Allah". Adapun setan secara harfiah berarti "jauh" (al-bu'd). Semua makhluk yang jauh atau mengambil jarak dengan Tuhan dapat disebut setan.Bisa juga berarti batil (sya- tha), yakni segala sesuatu yang menyimpang disebut batil karena perilakunya yang merusak kemaslahatan umum dapat disebut setan.

Perilaku setan yang demikian itu di sebut terkutuk (al-rajim). Setan itu disebut terkutuk karena di- usir Allah dari alam langit. Allah memerintahkan para Malaikat untuk melempari setan-setan itu dengan batu meteor yang tajam agar terusir dari langit. Sebab itulah, setiap makhluk yang membangkang dan menyimpang layak disebut setan.

Dalam melakukan ta'awwudz, ada lima hal yang tidak bisah dipisahkan satu sama lain, pertama, hakikat mohon perlindungan (al- isti'adzah), kedua, peminta perlindungan (al-musta'idz), ketiga, Sang Pemberi Perlindungan (al- Musta'adz bihi), keempat, makhluk yang hendak dijauhi (al-musta'adz minhu), dan kelima, tujuan yang di mohonkan perlindungan (mayusta'adzu lahu).

Dikabulkannya permohonan perlindungan tergantung terpenuhinya mekanisme kelima komponen tersebut.  Untuk itu, ada tiga hal yang harus hadir di dalam diri seorang pemohon, yaitu ilmu, suasana batin, dan perbuatan nyata.

Seseorang yang memohon perlindungan mengetahui dan sadar bahwa dirinya tidak mampu menolak kemalangan atau mendatangkan kesenangan, dan hanya Allah-lah Yang Maha Berkuasa mewujudkan dua hal tersebut.

Jika seseorang memiliki kesadaran akan hal tersebut, akan terbentuk kondisi batin yang positif dalam dirinya, yaitu sikap rendah hati dan menyadari kelemahan dirinya. Dengan didasari kesadaran batin semacam itu, dalam perilakunya dia akan selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Begitu juga dengan hati dan lisannya. Hatinya akan selalu mengarahkannya kembali kepada Allah dan senantiasa memohon perlindungan kepada- Nya dari segala cobaan, sembari berharap karunia dan kebaikan- kebaikan dari-Nya.

Kaitannya dengan shalat dan ta'awwudz sangat erat karena semakin kuat upaya seseorang untuk naik mendekati Tuhannya, semakin besar pengerahan kekuatan iblis untuk menggoda yang ber sangkutan. Itulah sebabnya mengapa shalat yang waktu pelaksanaannya sangat singkat, tetapi teramat sulit untuk khusuk kepada Allah SWT.

Bahkan, justru di dalam shalat sering kali bermunculan ide- ide cerdas sehingga jumlah rakaat pun kadang terlupa. Terlebih, Tuhan yang seharusnya menjadi fokus perhatian kita. Di sinilah pentingnya ta'awwudz itu. Allahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement