Kamis 15 Oct 2015 08:14 WIB

Krisis Ekonomi Bisa Menjadi Krisis Politik dan Kemanusian

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
  Ketua Umum DPP PKB, A Muhaimin Iskandar menyampaikan Pidato Kebudayaan di Kantor Pusat DPP PKB, Jakarta, Rabu (14/10).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum DPP PKB, A Muhaimin Iskandar menyampaikan Pidato Kebudayaan di Kantor Pusat DPP PKB, Jakarta, Rabu (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Parai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bila memburuknya situasi ekonomi tidak segera teratasi maka Indonesia nantinya bisa terancam berbagai krisis yang akan mengancam eksistensi bangsa Indonesia. Untuk itu, momentum perayaan tahun baru Hijriyah bisa dijadikan sarana untuk menyolidkan potensi semua elemen masyarakat, terutama untuk menangkal semakin memburuknya situasi.

''Pada tahun baru ini umat Islam dunia dan umat Islam dibayang-bayangi situasi suram. Konflik politik dan konflik antarumat beragama merebak di mana-mana. Perang sudah membuat berbagai negara berpenduduk Muslim mencari selamat ke negara lain dengan menjadi pengungsi. Situasi tak baik ini pun sudah mengancam Indonesia. Maka, semua pihak harus waspada dan menyolidkan diri,'' kata Muhaimin Iskandar dalam acara "Pidato Kebudayaan" dalam rangka menyambut tahun baru Hijriyah di Kantor DPP PKB, Jakata, Rabu malam (14/10).

Muhaimin mengakui, situasi kini memang terasa berat. Harga-harga barang melambung, pengangguran naik, dan pemutusan hubungan kerja mulai merebak. Situasi ini jelas membuat kehidupan rakyat menjadi susah. Keruwetan ini semakin menjadi dengan merebaknya berbagai kasus kekerasan hingga kasus pembunuhan yang sadis.

''Ada keadaan yang tidak menyenangkan. Krisis ini terus menerus menimpa umat Islam. Bila tak segera teratasi maka krisis ekonomi akan berubah menjadi krisis politik, kemudian menjadi krisis budaya dan sosial dan akhirnya menjadi krisis kemanusian. Saya harus akui tanda-tandanya sudah mulai terlihat. Untuk itu, harus cepat kita antisipasi,'' kata Muhaimin.

Dalam situasi ini, maka umat Islam Indonesia harus berbenah diri. Khusus kepada warga nahdliyin mulai sekarang harus segera menguatkan identitas 'kesantrian', terutama untuk mencegah segala kesalahpahaman pemahaman keagamaan. Sikap untuk ikut larut dalam fundamentalisme keagamaan dan pemahaman liberalisme harus dihindari. Ini karena pilihan corak Islam Indonesia adalah Islam Rahmatan lil 'alamin.

''Khusus untuk hari santri, insya Allah Pak Presiden Jokowi akan menetapkannya jatuh pada 22 Oktober. Kita tunggu saja. Yang penting, kaum santri harus segera bangkit dan berbenah diri agar bisa terlepas dari keterpurukan,'' ujar Muhaimin.

 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement