REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tiga pedang kesayangan Nabi Muhammad SAW, yaitu Al Qadib, Al Ma'thur, dan Zulfikar. Ketiganya memiliki keunikan dan sejarah masing-masing.
Pedang Al Qadib milik Rasulullah merupakan jenis pedang ringan yang menyerupai batang tipis. Sarung dari pedang sepanjang 100 cm itu terbuat dari kulit binatang.
Pada sisi perak pedang, ditatahkan lafadz syahadat "Asyhadu 'ala ilahailallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Sejarah mencatat, pedang itu tak sering digunakan Rasul untuk berperang.
Pedang lain milik Rasulullah, Al Ma'thur, merupakan warisan dari ayahanda beliau. Di dekat gagang pedang, tertulis kaligrafi Abdullah bin Abdul Muthalib (ayahanda Rasulullah).
Pedang sepanjang enam jengkal itu terbuat dari emas, berbentuk dua kepala ular, dan hampir seluruh permukaannya dihiasi batu delima dan batu pirus berwarna biru dan merah.
"Pedang ini sudah dimiliki Rasulullah sejak masih muda, sebelum turunnya wahyu. Saat pernikahan putrinya, Fatimah Az Zahra, Rasulullah menghunuskan pedang ini sambil berjalan," ungkap Subhan.
Pedang ketiga, Zulfikar, telah diberikan Nabi kepada Ali bin Abi Thalib. Secara fisik, pedang lebar tersebut terbilang unik dengan warna emas pada keseluruhan permukaannya dan bagian ujung yang bercabang.
Pedang tersebut digunakan dalam Perang Badar untuk membela agama. Di atasnya, tertulis kalimat ‘Tidak ada pemuda seperti Ali dan tidak ada pedang seperti pedang Zulfikar’.
Subhan menginformasikan, replika pedang Zulfikar sempat menjadi ikon dan pengunjung diperkenankan berpose dengan pedang itu. Akan tetapi, akibat terlalu sering disentuh, replika itu menjadi sedikit rusak di bagian sarungnya.
"Sayang sekali harus disimpan kembali dalam kotak kaca, jadi sekarang hanya dua pedang milik Ali yang diperbolehkan digunakan untuk berfoto," katanya.
Amir Abdullah Karim, salah satu pengunjung, menganggap kesempatan melihat langsung rupa pusaka tersebut sebagai sebuah kenikmatan tersendiri. Apalagi, helat itu merupakan yang pertama ada di Kota Bogor.
Pria 29 tahun asal NTT itu terutama takjub terhadap bobot pedang yang terbilang cukup berat, antara dua hingga enam kilogram. Amir terbayang perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat saat berperang, mengingat mereka harus memegang tali kekang kuda dengan satu tangan dan menghunus pedang dengan tangan lain.
"Menggambarkan bahwasanya Allah meberikan kekuatan lebih. Dengan keyakinan, pedang yang berat mungkin saat perang terasa ringan," tuturnya.
Bagi Amir, seluruh benda bersejarah yang dipamerkan sungguh spesial dan memiliki makna masing-masing. Selain pedang Rasulullah SAW dan para sahabat, terdapat pula sandal, tongkat, dan busur milik Rasulullah SAW.
"Peninggalan sejarah merupakan hal yang penting dan tidak bisa kita lupakan," kata ia. Amir mengaku merasa senang bisa turut menghunus pedang para sahabat tersebut, meski hanya sekadar replika.