REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) mempunyai kiat khusus untuk memakmurkan masjid.
“Pertama, umat harus menyamakan persepsi tentang urgensi dan fungsi masjid, termasuk aplikasinya dalam konteks kekinian. Disinilah pentingnya ceramah, seminar, pelatihan, diskusi dan baca buku tentang manajemen masjid,” terang Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajian PP DMI Ustaz Ahmad Yani, dilansir dari dmi.or.id, Kamis (8/10).
Fakta menunjukkan bahwa perbedaan pemahaman yang dilanjutkan dengan perbedaan pendapat, apalagi pada pengurus jamaah yang emosional, telah menyebabkan tidak makmurnya masjid.
Selanjutnya, khatib merupakan sumber daya manusia (SDM) masjid yang mesti ada karena shalat Jumat harus didahului dengan khutbah. Yani menihat, masih sangat banyak masjid yang belum punya khatib, apalagi masjid perkantoran. Bahkan cadangan khatib juga tidak ada.
“Saatnya masjid-masjid punya kader khatib sendiri, selain khatib luar yang diundang. Khatib yang dikader harus memenuhi standar kesalehan, wawasan yang luas dan kemampuan berkhutbah dengan baik sehingga khutbahnya singkat, padat, sistematis, menarik dan tidak tekstual,” cetusnya.
Begitu pula keberadaan imam sebagai SDM masjid tidak bisa dilepaskan dari keberadaan masjid. Setiap masjid harus memiliki imam yang fasih bacaan Alqurannya, berilmu keislaman yang memadai, dan berakhlak mulia.
Ada pula guru mengaji yang harus selalu siap membimbing jamaah untuk bisa membaca Aquran dengan baik.
“Untuk jamaah yang mengaku sibuk, disediakan juga layanan belajar mengaji melalui telepon, bahkan guru datang ke rumah,” tegas Ustaz Yani.