Kamis 01 Oct 2015 06:23 WIB

Julie: Ma, Aku Memutuskan Menjadi Muslim

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  "Ma.... Aku sudah memutuskan menjadi seorang Muslim." Susah payah, kalimat itu keluar dari lisan Julie Rody. Sangat sulit dan emosional. Perempuan kelahiran Minnesota itu tengah menyampaikan kabar keislamannya lewat telepon. Hening sesaat.

"Saya punya dua pertanyaan." Terdengar suara ibunya di seberang sana. "Apakah kamu masih percaya pada Tuhan?" Julie mengiyakan. Ibunya bertanya lagi.

Satu pertanyaan terpenting. "Apakah itu membuatmu bahagia?" "Ya, itu membuatku bahagia," jawab Julie.

Mendengar jawaban itu, ibunya berkata, "Kalau begitu, tidak apa-apa. Kamu harus melakukan apa yang membuat kamu bahagia." Kata-kata ibunya sangat melegakan hati Julie.

Julie Rudy masuk Islam sekitar 30 tahun lalu. Ia memiliki latar belakang keluarga yang harmonis dan bahagia.

Ibunya berasal dari Norwegia, sedangkan ayahnya berkebangsaan Jerman. Ia dibesarkan di sebuah kota kecil berpenghuni 1.500 jiwa pada masa itu. Hanya ada 13 gereja, tidak ada sinagog ataupun masjid. Juga tidak ada satu pun Muslim di sekitarnya.

Karena dibesarkan di lingkungan homogen, Julie tidak tahu apa-apa tentang Islam. Ada juga pemeluk sekte berbeda, yang paling banyak Kristen Methodis dan Lutheran. Namun, semua masih tetap Kristen. Tidak ada agama lain.

Untuk pertama kalinya, Julie berjumpa dengan Muslim di bangku universitas.  Ia bekerja di University of Minnesota dan melihat beberapa Muslim di sana.

Perempuan itu tidak tahu apa-apa tentang mereka. Ia juga terlalu malu untuk berbicara dengan mereka.

Pertemuan "Kemudian, saya bertemu pria yang kelak menjadi suami saya. Itu pertemuan yang sangat aneh. Waktu itu hari Valentine," kisah dia.

Hari itu, Julie berada di pusat perbelanjaan di South Ville, sebuah pusat perbelanjaan besar di kota itu. Dia tidak ingat persis, entah dia yang minta tolong sesuatu pada laki-laki itu atau sebaliknya. Yang jelas, mereka bertemu di sana, kemudian asyik berbincang-bincang.

Satu topik merembet ke topik lain, sampai pada soal keluarga. Mereka bercerita tentang keluarga masing-masing.

Salah, nama pria itu. Dia seorang Muslim.  Salah bilang, dia belum pernah melihat salju. Jadi, Julie berkisah tentang kota kecilnya, Minnesota. Praktis, dia tahu banyak karena sejak kecil tumbuh besar di sana.

Pertemuan itu membawa kesan mendalam bagi keduanya. Julie memutuskan, dia ingin ibunya bertemu pria itu. Kakak laki-laki, ipar, beserta kedua adik perempuannya juga diundang datang untuk bertemu Salah. Julie mengundang mereka semua dalam sebuah acara makan malam.

Acara makan malam berjalan sangat lancar dan santai. Hanya 15 menit setelah bertemu Salah, ibunya berkata, "Dia sangat cocok denganmu." Kendati keduanya memiliki banyak perbedaan dalam hal agama, bahasa, dan latar bela kang budaya, ibunya mengakui mereka klik.  Hubungan mereka berlanjut setelah itu.

Lewat Salah, Julie berkenalan dengan beberapa Muslim lain. Julie bertemu istri teman Salah yang juga orang Amerika. Perempuan itu kebetulan mahasiswi di University of Minnesota, temp atnya bekerja. Dia sering datang dan mengunjunginya di kantor. Perempuan itu mengenakan jilbab, bahkan sering kali jilbab hitam lebar. Bersambung..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement