REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Idul Adha merupakan hari besar kedua bagi umat Islam. Hari Idul Adha juga sering disebut sebagai hari raya haji atau hari kurban.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir mengatakan, akan lebih baik memaknai hari Idul Adha ini tidak sesempit itu.
"Hal yang paling penting saat ini ialah memaknai idul adha dan kurban sebagai media peningkatan kepasrahan, saling berbagi, dan mengabdi," terangnya, Kamis (24/9).
Artinya, Idul Adha ini sebagai bentuk dari peningkatan habluminallah dan hambluminannas. Atau mendekatkan diri pada Allah dan mendekatkan diri pada hubungan sosial.
Maka, melalui penyembelihan hewan kurban ini sebagai bentuk kepasrahan manusia untuk menyisihkan sebagian hartanya dalam berbagi. Dengan hati yang pasrah dan ikhlas, tentu daging kurban yang masuk dalam tubuh si penerima juga menjadi daging yang bermanfaat.
Kemudian dengan daging kurban juga, dapat menjadi sarana berbagi masyarakat yang memiliki harta berlebih (mampu) dapat untuk membantu masyakarakat yang kurang mampu.
“Menyembelih kurban sebagai bentuk pengabdian dan juga rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Ini juga menjadi sarana mendekatkan diri pada Allah,” jelas Haedar.