Selasa 22 Sep 2015 13:10 WIB

Idul Adha, Muhammadiyah Ingin Pemerintah Beri Hari Libur Dua Hari

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Indah Wulandari
  Ribuan jamaah menunaikan ibadah shalat Idul Adha 1435 Hijriyah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (5/10).  (Republika/Agung Supriyanto)
Ribuan jamaah menunaikan ibadah shalat Idul Adha 1435 Hijriyah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (5/10). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hari Raya Idul Adha tahun ini diperingati pada hari yang berbeda oleh umat muslim di Indonesia.

Menyikapi adanya perbedaan itu, Muhammadiyah meminta pemerintah memberikan perhatian yang proporsional dengan menetapkan libur dua hari untuk hari besar umat Islam tersebut.

"Beberapa daerah kami apresiasi karena telah memberikan hari libur khusus sehingga beberapa tempat libur tanggal 23-24 September," ucap Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/9).

Jika pemerintah tak bisa memberikan libur dua hari, Mu'ti meminta agar ada dispensasi untuk datang telat ke tempat kerja bagi umat yang melaksanakan shalat Idul Adha pada Rabu esok. Sebab, menurutnya, menjalankan ibadah adalah hak konstitusional setiap warga yang dijamin dalam Undang-Undang.

"Mereka yang melaksanakan shalat Idul Adha, kalau telat datang ke kantor mudah-mudahan ada kearifan dari pejabat  di semua struktur pemerintahan," ucapnya.

Seperti diketahui, warga Muhammadiyah akan merayakan Idul Adha pada Rabu (23/9) esok. Adapun pemerintah dan warga Nahdlatul Ulama akan merayakan Hari Raya Idul Adha pada Kamis (24/9), sama dengan jatuhnya lebaran di Arab Saudi.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta umat saling menghargai perbedaan itu. Bagi Haedar, yang terpenting pemerintah memberikan kesempatan yang sama bagi semua rakyat untuk merayakan Idul Adha tanpa ada hambatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement