REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gerakan menjaga lingkungan perlu melibatkan selruh elemen masyarakat termasuk para tokoh agama. Mereka tak hanya terbatas bicara soal surga dan neraka tapi juga harus muncul dan berperan aktif dalam gerakan penjagaan lingkungan hidup.
Oleh karena itu, sejumlah tokoh lintas agama berkumpul di Taman Perdamaian MPR RI pada Senin (21/9). Mereka mendeklarasikan Gerakan Indonesia Bergerak Menyelamatkam Bumi (Siaga Bumi).
Para pemuka agama yang hadir, di antaranya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Walubi Wali Umar Budha Indonesia (Walubi), Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu, Majelis Tinggi Konghuchu Indonesia, Organisasi Masyarakat Islam Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Turut menghadiri acara, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
"Sekarang ini tidak ada perang, tapi belum ada kedamaian, yang ada yakni ketiadaan perdamaian yang salah satunya diakibatkan kerusakan lingkungan," kata Ketua Tim Pengarah Siaga Bumi sekaligus Dewan Penasihat MUI Din Syamsuddin.
Indonesia, kata dia, masuk dalam 10 besar negara penyumbang polusi terbesar dunia. Ia menduga, peringkat tersebut akan makin menanjak dengan adanya kabut asap akibat kebakaran di Sumatra dan Kalimantan.
Namun, ia pun percaya pemerintah telah melakukan langkah nyata agar kebakaran dan produksi polusi tak berulang setiap tahun. Apalagi jika dibarengi penegakkan hukum yang tegas terhadap para penjahat lingkungan, hal tersebut akan semakin baik.
Ia mengakui, langkah penyelamatan bumi tidak bisa sekaligus. Ia merintisnya dengan mendorong gerakan dari tingkat tapak. Misalnya, menciptakan Eco Madrasah dam Eco Pesantren yang mengarahkan peserta didik agar mendapat lingkungan sehat dengan upaya yang diciptakan sendiri. Salah satunya, dengan menjaga kebersihan dan membantu produksi oksigen dengan menanam pohon.
"Seharusnya dipikirkan agar generasi mendatang pun punya akses yang sama dalam mendapatkan lingkungan sehat," kata Menteri Siti.