REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan menyambut Duta Besar Kanada Donald Bobaish di ruang kerjanya, di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senin (7/9).
Dalam kunjungan Bobaish, Zulkilfi mengundang parlemen Kanada, untuk melihat langsung bagaimana toleransi Islam di Indonesia.
Menurut Zulkifli, hubungan antara Indonesia dan Kanada tidak hanya antarpemerintah namun juga untuk meningkatkan hubungan antarparlemen. Ia menginginkan agar Parlemen Kanada berkunjung ke Indonesia.
Zulkifli yang juga Ketua Umum PAN itu menyebutkan, meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun pemeluk Islam di Indonesia berbeda dengan pemeluk Islam di negara lain terutama Timur Tengah. “Kami ingin mengundang Parlemen Kanada agar tahu persis bagaimana Islam di sini,” kata Zulkifli.
Di Indonesia, kata dia, sesama umat beragama bisa hidup berdampingan. Begitu juga rumah ibadah yang saling berdekatan, dan tidak ada masalah.
Ia mencontohkan di Jakarta, Gubernurnya adalah orang keturunan Tionghoa, sedang di NTT, Ketua DPRD-nya adalah orang Muslim. Hal demikian sebuah bukti adanya toleransi dalam kehidupan. Rencananya parlemen Kanada diundang datang pada Februari tahun depan.
Meski demikian, Zulkifli mengaku masih ada masalah-masalah kerusuhan yang bernuansa suku dan agama seperti di Tolikara, Papua. Namun konflik dianggap sebagai sebuah kewajaran. Tapi selama ini agama -agama berjalan dengan akur. “Untuk itu kita teruskan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Sebagai Ketua MPR, Zulkifli mempunyai tugas penting yakni mengawal ke-bhineka-an. Apapun suku dan agama di Indonesia memiliki hak yang sama dan tidak ada undang-undang yang mendiskriminasi satu pihak.
Soal keragaman suku dan agama bagi Zulkifli sudah selesai sejak Indonesia merdeka. Tantangan yang di hadapi saat ini adalah soal kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, serta mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain, seperti Kanada. “Itulah tantangan kami dan itu tugas MPR,” ujarnya.