Jumat 04 Sep 2015 23:18 WIB

Pengalaman Ustaz Shamsi Ali Bersama Donald Trump

Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Calon presiden AS, Donald Trump mendadak heboh di Indonesia. Bukan karena sosoknya yang terkenal di Indonesia, melainkan kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon di tengah kampanye Donald Trump.

Kehadiran dua petinggi perwakilan rakyat itu, sontak memunculkan kritik di Tanah Air. Sebenarnya, sosok pengusaha waralaba itu terbilang kontroversi. Sinismenya terhadap Muslim (baca: Islam) sudah kentara terlihat. Adalah Imam Masjid New York ustaz Ali Shamsi yang melihat itu. Berikut tulisan langsung Imam Masjid New York ini:

Sekitar tiga tahun lalu saya dikejutkan oleh sebuah wawancara Fox News bersama Donald Trump (DT), raja properti Amerika Serikat. Dalam wawancara itu DT ditanya pendapatnya tentang Islam dan komunitas Muslim Amerika.

Sungguh jawaban DT sangat mengejutkan sekaligus menyakitkan. "Islam itu masalah. Dan komunitas Muslim itu berbahaya", kata DT saat itu.

Mendengar itu saya cukup tersinggung. Keberadaam saya di Amerika dalam masa hampir 20 tahun saya berusaha membuktikan bahwa Islam dan Muslim itu adalah bagian integral dari Amerika. Saya berjuang menjadikan Islam sebagai agama kontributor kebaikan bagi Amerika. Memperjuangkan dengan segala risikonya untuk menjadikan Amerika dan Islam tidak berada di posisi berseberangan.

Sejak kedatangan saya ke negara ini dan menjadi penduduk tetap (permanent resident) salah satu kegiatan prioritas utama saya adalah membangun komunikasi dan kerja sama dengan semua pemeluk agama, termasuk komunitas Yahudi. Lalu di mana letak masalahnya Islam dan bahayanya komunitas Muslim.

Kebetulan saya dekat dengan sesorang Hollywood, raja hip hop (hip hop mogul), Russel Simmons. Mantan suami Kimmora Lee ini adalah seorang bisnisman yang juga aktifis. Dan seringkali tampil membela hak-hak minoritas yang termarjinalkan, termasik warga hitam, Hispanic dan Muslim.

Saya meminta beliau untuk mencoba mengatur pertemuan dengan Donald Trump. Ternyata dia juga mendengar wawancara itu dan gerah dengannya. Maka dengan senang hati dia menghubungi kantor DT yang ternyata sangat senang akan ditemui oleh seorang Imam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement