Jumat 04 Sep 2015 16:20 WIB

Rahasia Takbir Ihram

shalat
Foto: .
shalat

Oleh:  Prof Dr Nasaruddin Umar, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perspektif tasawuf, takbir ihram bukan hanya pertanda dimulainya shalat, melainkan juga sekaligus menyimpan sejumlah rahasia besar yang perlu dan penting untuk diperhatikan. Takbir ihram menjadi pertanda seorang hamba melakukan starting point untuk mi'raj, menembus batas "dunia atas."

Mi'raj itu sendiri berarti perjalanan spiritual seorang hamba menuju Tuhannya, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam da- ri Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."(QS al-Isra\' [17]:1).

Mi'raj bukan hanya dimungkinkan oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan juga para hamba-Nya yang yang dekat dan setia, sebagaimana redaksi yang digunakan dalam ayat di atas. Allah SWT menggunakan istilah: Subhana al-lazi asra bi `abdihi (Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya), menunjukkan hamba yang lebih dekat (menggunakan huruf bi, bukan huruf li).

Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah mengatakan: Al-shalatu mi'raj al- mu'minin (Shalat adalah mi'rajnya orang-orang mukmin), yang menunjukkan mi'raj bukan hanya Nabi Muhammad SAW, melainkan juga hamba-Nya yang lain. Setiap kali seorang hamba shalat idealnya setiap kali itu pula hamba melakukan mi'raj. Semakin sering shalat semakin konsisten berada di "alam atas."

Lafaz takbir (Allahu Akbar) adalah lafaz tauhid yang amat kuat pengaruhnya di dalam diri manusia dan di alam makrokosmos (lihat artikel terdahulu tentang ra hasia azan). Di antara rahasia, keutamaan, dan kekuatan takbir ihram menurut kalangan ulama tasawuf ialah:

Pertama, mengungkapkan Roh Takbir yang intinya ialah pernyataan kemahasucian Tuhan (al-tasbih). Makna al-tasbih sesungguhnya adalah penyucian diri dari fi rasat, khayalan, bayangan, dan pikiran tentang Allah SWT karena sehebat apa pun dan sebesar apa pun gam- baran Tuhan di dalam benak dan pikiran kita, pasti Allah SWT jauh lebih Mahatinggi dan Mahahebat dari sekadar apa yang kita bayangkan.

Dengan kata lain, tasbih menyucikan Allah dari berbagai perkiraan dan asumsi serta keraguan terhadap keberadaan Allah SWT, yang mungkin pernah atau sering terlintas di dalam pikiran kita.

Kedua, takbir ihram menembus lapis-lapis hijab diri manusia dengan Tuhan. Seperti diketahui, hijab ialah dinding atau tembok yang menghalangi kita untuk mencapai jarak lebih dekat dengan Allah SWT. Selama masih ada hijab sulit dibayangkan seorang hamba bisa menemui Tuhannya. Sebelum takbir ihram dianjurkan kita untuk betul-betul fokus dan berkonsentrasi kepada Allah SWT.

Saat melakukan takbir ihram diusahakan tidak ada sesuatu apa pun selain Allah SWT di dalam benak dan pikiran. Kita mengangkat kedua tangan seraya menghadap ke kiblat.

Sebelum takbir ihram, biasanya kita dianjurkan oleh sang mursyid membaca dan menghayati ucapan: Ilahi Anta maqshudi wa riwdhaka mathlubi, a'thini ma- hab bataka wa ma'rifataka. (Wahai Tuhanku hanya Engkau yang men- jadi tujuanku dan hanya ridha- Mu yang menjadi harapanku, anu gerahkanlah mahabah dan ma'rifah-Mu).

Amalan ini sering menjadi bagian dari kebiasaan para anggota tarekat. Kadang ada yang membacanya secara keras dan ada juga yang mencukupkan dalam hati, yang penting penghayatannya. Ketika kita takbir, pengucapan lafaz "Allahu Akbar" minimum diperdengarkan kepada diri kita sendiri, kalau menjadi imam di perdengarkan kepada seluruh mak mum. Pengucapan takbir ihram diusahakan tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang.

Ketika melafazkan Allahu Akbar, diusahakan di situ ada niat untuk melaksanakan shalat karena Allah, inilah yang biasa disebut de ngan hakikat niat shalat oleh sejumlah tarekat.

Ketiga, kekuatan takbir ihram dapat merobek dan menembus hijab-hijab kegelapan (al-hujub al-dhulmi) dan hijab-hijab cahaya (al-hujub al-nurani). Contoh hijab dhulmi ialah dosa-dosa besar dan kecil yang dilakukan oleh anggota badan kita, seperti zina, durhaka kepada kedua orang tua, dan dosa- dosa fisik lainnya. Sedangkan, contoh hijab nurani ialah dosa-dosa yang dilakukan oleh sikap, hati, dan pikiran kita.

Mungkin tidak tampak di permukaan atau ke da- lam perilaku, tetapi terletak di dalam pikiran atau perasaan.

Lafaz takbir, termasuk lafaz- lafaz takbir yang diucapkan di da lam azan, dapat merobek dan me nembus hijab-hijab dhulmi dan hijab-hijab nurani. Semakin sering kita bertakbir maka semakin terbebas kita dari berbagai macam hijab yang membatasi diri kita untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Dalam satu qaul dikatakan bahwa orang yang pernah mengabdikan diri sebagai muazin selama 40 tahun maka pintu surga terbuka lebar baginya. (Bersambung).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement