REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Muslim pinggiran Mumbra-Kausa di daerah Mumbai mendesak pemerintah memberikan tanah pemakaman yang memadai, merevisi janji tahun-tahun lalu yang tidak pernah terpenuhi.
"Kami membutuhkan tanah pemakaman yang lebih besar karena populasi Muslim di Mumbra-Kausa telah meningkat," Najib Mulla, Presiden Kongres Unit Kota Partai Nasionalis (NCP), seperti dilansir onislam.net.
Bahkan, ia menuturkan kalau ada saat-saat ketika orang terpaksa menggali kuburan tua, agar dapat menguburkan orang yang mereka cintai. Mulla merujuk pada permasalah lama, hampir dua dekade yang lalu.
Menurut pejabat NCP, rencana pembangunan tahun 1999 menunjukkan kalau sebidang tanah seluas lima acre di Kausa telah disediakan untuk tanah pemakaman. Beberapa tahun setelah rencana, sebidang lahan tersebut masih menjadi bagian dari milik pribadi yang belum diperoleh siapa-siapa.
"Kami telah meminta tanah pemakaman kepada para pejabat sipil lebih dari satu dekade, tapi tidak ada tindakan yang dilakukan dan permohonan kami seakan disuarakan kepada orang tuli," ujar Mulla.
Tuntutan serupa untuk tanah pemakaman juga dikeluarkan komunitas Muslim di negara bagian terkecil India, Goa, pada tahun 2008.
Dalam Islam, tubuh manusia harus diperlakukan dengan hormat tidak hanya ketika seseorang masih hidup, juga ketika dia sudah mati. Ritual dan praktik pemakaman telah ditentukan oleh hukum ilahi sesuai dengan perintah Allah.
Menurut beberapa laporan media, jumlah Muslim mencapai 180 juta dari 1,1 miliar penduduk India, dan merupakan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan.
Muslim India telah lama mengeluhkan diskriminasi di semua lapisan masyarakat di India, khususnya dari mayoritas Hindu. Angka resmi menunjukkan jika Muslim, yang membentuk sekitar 13 persen dari penduduk India, tinggal dalam keaksaraan. Muslim India juga mengeluhkan didiskriminasi dalam pekerjaan.
Jumlah Muslim India mencapai kurang dari tujuh persen karyawan di pelayanan publik, hanya lima persen pekerja kereta api, sekitar empat persen dari karyawan perbankan dan hanya ada 29.000 Muslim di 1,3 juta militer India. Mereka berulang kali mengeluh karena diperlakukan tidak adil dan menjadi target oleh polisi anti teror.