Rabu 19 Aug 2015 21:13 WIB

Islam Nusantara Berwatak Moderat

Rep: c05/ Red: Agung Sasongko
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin (kiri) bersama Ketua Fraksi PKB Helmy Faishal Zaini (kanan) menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin (kiri) bersama Ketua Fraksi PKB Helmy Faishal Zaini (kanan) menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Aam PBNU KH Makruf Amin menyatakan Islam Nusantara itu berwatak moderat. Dimana tidak radikal dan juga tidak liberal.

"Kalau radikal itu memahami agama cenderung tekstualis. Sedangkan kalau liberal metodenya tidak jelas akhirnya jadi ngawur," ujarnya dalam diskusi di DPR Rabu (19/8). Dia menyatakan Islam Nusantara berposisi di tengah.

Seperti terkait budaya, ujar dia, Islam Nusantara tidak antipati. Juga beberapa hal yang tak ada aturannya dalam nash Alquran bukan berarti tak boleh dilakukan. Asal tidak dilarang dalam nash dan bermaslahat, maka hal itu boleh dilakukan.

"Tradisi Islam Nusantara ya seperti tahlilan, halal bi halal, 40 harian orang meninggal," jelasnya. Semua ini tidak ada aturannya dalam nash. Namun ini dilakukan oleh masyarakat Indonesia terkhusus NU. Inilah wajah Islam Nusantara.

Jadi, ungkap dia, NU selaku organisasi Islam terbesar di Indonesia sudah menerapkan Islam Nusantara sejak dulu. Dimana inspirasinya berasal dari metode dakwah walisongo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement