REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perayaan Idul Fitri di Indonesia sebulan lalu dirasa kurang bermakna karena hanya sekadar menghamburkan uang saja.
"Ibu-ibu itu lebih banyak belanja di baitul mall (di mall) daripada di baitul maal, akhirnya baitul mal kekurangan dana," kata Ketua Dewan Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) A.M Saefuddin saat acara halal bihalal DDII di Masjid Al Furqan, Jakarta Pusat, Sabtu (15/8).
Saefuddin kemudian mengutip data dari Bank Indonesia yang melaporkan perputaran uang selama Idul Fitri bisa mencapai Rp 130 triliun. Mayoritas menggunakannya untuk berbelanja.
Tak ayal, ia mengkritik budaya belanja pakaian baru yang biasanya dilakukan menjelang hari raya menjadi penyebabnya. Padahal, ujarnya, uang tersebut bisa digunakan bagi pendirian bank syariah yang ia taksir hanya mencapai Rp 3 triliun.
Selain itu, program pendirian televisi dakwah pun turut menjadi sorotannya."Dana sebesar itu pasti bisa untuk membuat bank syariah kan, kalau televisi dakwah masih dalam tahap rencana," ujarnya.
Ia berharap, sebagai lembaga dakwah, DDII bisa menyampaikan urgensi rencananya itu. Sehingga bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri selanjutnya bisa dimaknai secara lebih mendalam, bukan sekedar seremonial belaka.
"Makna Ramadhan tereduksi jadi lebih bermakna konsumtif tanpa makna spiritual yang memotivasi jadi lebih baik," jelasnya.