Rabu 12 Aug 2015 22:22 WIB

Ridwan Saidi: JIC Perlu Langgar dan Bedug

Budayawan Betawi Ridwan Saidi tampil sebagai pembicara pada Halaqah Ulama Ibukota Jakarta di Convention Hall Jakarta  Islamic Centre (JIC) Jakarta Utara, Rabu (12/8).
Foto: Irwan Kelana/Republika
Budayawan Betawi Ridwan Saidi tampil sebagai pembicara pada Halaqah Ulama Ibukota Jakarta di Convention Hall Jakarta Islamic Centre (JIC) Jakarta Utara, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengatakan Jakarta Islamic Centre (JIC) hendaknya memelihara memelihara memori tentang Islam di Jakarta. “Karena itu, ruh Islam harus dipelihara di masjid JIC,” kata Ridwan Saidi saat tampil sebagai pembicara pada Halaqah Ulama Ibukota Jakarta, Rabu (12/8).

Acara yang diadakan di Covention Hall Jakarta Islamic Centre (JIC) Jakarta Utara itu dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Halaqah yang dihadiri ratusan ulama itu mengusung tema “Peran Ulama dalam membangun ibukota melalui Jakarta Islamic Centre”.

Menurut tokoh Betawi yang masih tampak buga di usianya yang sudah kepala tujuh itu, salah satu langkah menjaga ruh Islam di masjid JIC adalah memperbanyak halaqah. “Masjid JIC harus memperbanyak halaqah,” ujar Ridwan.

Selain itu, kata Ridwan Saidi, masjid JIC harus dilengkapi dengan bedug, langgar dan tongkat untuk khatib. “Bedug itu identitas kita. Dikemplang atau tidak, yang penting bedug harus ada di masjid JIC,” tuturnya.

Terkait keberadaan langgar (mushalla), ia mengatakan, itu juga perlu. “Perlu ada sudut kecil di masjid JIC yang merupakan langgar. Hal itu penting agar anak-anak kita mengetahui apa itu langgar. Pada masa lampau Islam di Jakarta menyebar dari langgar,” papar Ridwan.

Tongkat untuk khatib pun dipandang perlu oleh Ridwan Saidi. “Biar saja orang bilang tongkat untuk khatib naik mimbar itu dibilang kuno. Yang penting bagi kita adalah memelihara ruh Islam di masjid JIC ini,” kata Ridwan Saidi.

Halaqah Ulama Ibukota Jakarta itu juga menampilkan pembicara Kepala LAPAN Prof Dr Thomas Jamaluddin, Dr Habib Ali Hasan Al-Bahar, redaktur harian Republika Irwan Kelana, serta pengamat dan peneliti budaya Betawi Yahya Andi Syahputra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement