Selasa 11 Aug 2015 12:10 WIB

STQ Nasional Kembali Digelar di Jakarta

Rep: Crystal Liestia/ Red: Damanhuri Zuhri
  Parade kafilah perwakilan dari berbagai daerah pada pembukaan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) XIII tingkat Jabar di Gedung Pusdai,Bandung,Ahad (7/4).   (Republika/Edi Yusuf)
Parade kafilah perwakilan dari berbagai daerah pada pembukaan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) XIII tingkat Jabar di Gedung Pusdai,Bandung,Ahad (7/4). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seleksi Tilawatil Quran (STQ) tingkat nasional kembali digelar Kementerian Agama. Kompetisi yang diselenggarakan untuk menyiapkan bibit unggul perwakilan Indonesia untuk Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat internasional ini dibuka Senin (10/8) malam di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Terdapat perbedaan antara STQ dengan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), meskipun keduanya sama-sama kompetisi tilawah tingkat nasional.

STQ ditujukan untuk mencari bibit unggul yang akan menjadi perwakilan Indonesia yang akan diikutkan dalam gelaran MTQ internasional. Sementara itu dari segi sistem kompetisi juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara keduanya.

Kompetisi tilawah quran yang dilaksanakan bergiliran setiap tahunnya ini sudah ada sejak tahun 1968. Pada awal pelaksanaannya hanya ada MTQ saja, belum ada STQ. Hingga pada tahun 1971 barulah diadakan STQ. Sehingga pada rentang tahun 1968 dan 1970, MTQ diadakan setiap tahun tanpa jeda.

Mantan Menteri Agama, Said Agil Husin Al Munawar menjelaskan kisah perjalanan kompetisi yang ditujukan untuk menghidupkan religiusitas dengan kompetisi tilawah tersebut.

"MTQ awalnya hanya tilawah saja, kemudian dikembangkan dengan cabang baru yaitu hafalan. Pada mulanya hafalan hanya satu juz kemudian ditingkatkan dengan ditambah cabang hafalan lima juz kemudian 10 juz, 20 juz dan 30 juz, yang dulu kesemuanya dilaksanakan secara bertahap", ujarnya saat ditemui usai acara pembukaan STQ 2015 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (10/8).

Selain perbedaan tujuan, MTQ dan STQ juga memiliki perbedaan dalam hal cabang lomba dan sistem seleksi. Jika MTQ terdapat banyak cabang dan golongan. Diantaranya adalah cabang tilawah, hifdzil Quran (hafalan Quran), khattil Quran (seni kaligrafi), fahmil Quran (cerdas cermat kandungan Alquran), syarhil quran (pidato Alquran) dan karya tulis ilmiah tentang Alquran.

Sementara itu untuk STQ hanya terdapat tiga cabang dan delapan golongan. Cabang tersebut adalah tilawah, hifdzil Quran dan tafsir Quran. Terkait dengan perkembangan cabang baru dalam MTQ, dia mengaku pertama kali ada cabang fahmil Quran tahun 1980. Kemudian barulah ada cabang syarhil Quran dan kemudian seterusnya berkembang hingga saat ini.

Ia menjelaskan, kontingen Indonesia termasuk yang diperhitungkan dalam kompetisi kancah internasional. Dia menyebutkan Indonesia seringkali meraih gelar juara dalam kompetisi MTQ tingkat internasional.

Salah satunya di Yordania yang pernah meraih juara II. Selain itu tahun lalu Indonesia juga meraih juara I pada cabang tahfidz Quran yang diadakan di Turki.

Dengan panjangnya perjalanan digelarnya kompetisi Quran yang sudah berlangsung sekitar 47 tahun ini, banyak yang sudah dihasilkan dari penyelenggaraan kompetisi tersebut. "Bahkan juara-juaranya pada generasi awal sudah banyak yang meninggal dunia," lanjutnya.

Dia juga menceritakan, awalnya STQ 2015 ini akan digelar di Papua Barat. Namun karena terdapat beberapa kendala, STQ kembali digelar di Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement