REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemilihan para calon Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah masa khidmat 2015-2020 akan segera digelar Rabu (5/8) ini pada sidang Pleno III Muktamar 47 Muhammadiyah di Makassar.
Dari 39 nama calon yang telah terseleksi akan dipilih 13 orang oleh anggota muktamirin. Dari 13 orang tersebut terdapat tujuh nama yang dianggap menjadi kandidat kuat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah selanjutnya mengganti Din Syamsuddin. Inilah lima sosok calon terkuatnya.
1. Dr. Anwar Abbas
Ia meraih suara terbanyak, dengan perolehan 151 suara pada pemilihan nama-nama calon kandidat di Sidang Tanwir Muhammadiyah sehari sebelum pembukaan Muktamar ke 47.
Sosok Anwar Abbas merupakan intelektual Muslim dan pakar dalam ekonomi Syariah. Ia telah lama malang melintang di Muhammadiyah sebagai Bendahara Umum dan sebagai salah satu pimpinan di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Walaupun sebagai kandidat ketua umum namanya baru santer muncul pada Muktamar 47 di Makassar.
Dr. Anwar Abbas lahir di Balaimansiro Sumatera Barat, 15 Februari 1955. Menyelesaikan pendidikan Doktor Syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
Ia meraih gelar Magister Agama dengan Konsentrasi Ekonomi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus Magister Manajemen. Bekerja sebagai dosen Ekonomi Islam di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pernah menjadi Wakil Rektor II dan IV IKIP Muhammadiyah Jakarta (sekarang UHAMKA). Selain itu ia menduduki jabatan sebagai Direktur Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta Timur.
2. Prof. Dr. KH. Yunahar Ilyas Lc., M.Ag
Ia adalah salah satu kandidat kuat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah yang memperoleh 149 suara pada Sidang Tanwir. Ia dikenal telah sejak muda aktif sebagai angkatan muda Muhammadiyah dan Dai Muhammadiyah.
Yunahar Ilyas juga dikenal sebagai pakar ilmu Alquran, sosok keulamaannya menjadikan ia pernah mengemban amanah memimpin Majelis Tabligh dan Dakwah PP Muhammadiyah pada periode kepemimpinan Buya Syafii Ma'arif.
Yunahar Ilyas ini juga pengasuh pondok pesantren Budi Mulia Yayasan Shalahuddin di Yogyakarta. Selain aktif di Muhammadiyah Yunahar Ilyas juga aktif sebagai salah satu pimpinan di MUI pusat.
Putra Bukittinggi kelahiran 22 September 1956 ini menjadi anggota Muhammadiyah sejak 1986. Ia menamatkan pendidikan dasar di Padang, dua gelar S1 diperoleh di Fakultas Usluhuddin Universitas Ibnu Riyadh (1983) dan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol tahun 1984.
Gelar S2 dan S3 diselesaikan di Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga pada 1996 dan 2004. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode 2000-2005 dan pada periode 2005-2010 menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah. Sehari-hari, bekerja sebagai Dosen/Guru Besar di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sejak 1987.
3. Dr. Haedar Nashir M.Si
Ia adalah sosok aktivis Muhammadiyah yang telah sejak muda memiliki perhatian terhadap penataan internal organisasi Muhammadiyah. Haedar memperoleh 137 suara pada sidang Tanwir yang dilakukan sehari sebelum pembukaan Muktamar ke- 47.
Sosok Haedar Nashir sangat dikenal akrab bagi lingkungan angkatan muda Muhammadiyah khususnya di Yogyakarta. Ia dikenal sebagai pakar sosiologi dan sejak awal memang telah menaruh perhatian besar pada dakwah Islam yang mengakar di masyarakat.
Ia sangat mendukung ide ide pemberdayaan masyarakat dan warga Muhammadiyah di pedesaan, serta jauh dari permainan politik praktis.
Mantan Sekretaris PP Muhammadiyah periode 2000-2005 ini, dilahirkan di Bandung, 14 Juli 1963, sehari-hari bekerja sebagai Dosen di FISIPOL UMY. Menamatkan pendidikan dasar di Bandung, kemudian hijrah ke Yogyakarta untuk memperoleh gelar S1 di STPMD Yogyakarta.
Gelar S2 dan S3 diperoleh di Fisipol UGM pada bidang Sosiologi. Penulis buku "Muhammadiyah Gerakan Pembaruan" (2010) ini pernah menjadi Ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode 1983-1986 dan Ketua Departemen Kader PP Muhammadiyah periode 1985-1990.
4. Dr. Abdul Mu'ti M.Ed
Abdul Mu'ti merupakan Sekretaris PP Muhammadiyah yang diketuai Din Syamsuddin. Karena itulah Abdul Mu'ti dianggap sangat dekat dengan Din Syamsuddin dan merepresentasikan kelompok muda Muhammadiyah.
Sejak muda ia telah aktif di berbagai organisasi otonom angkatan muda Muhammadiyah. Pada sidang Tanwir lalu, ia mendapatkan 150 suara dari para muktamirin. Dilahirkan di Kudus, 2 September 1968, menamatkan pendidikan dasarnya di kota yang sama 1986.
Gelar S1 diperoleh di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada 1991, jenjang selanjutnya diselesaikan di Flinders University, South Australia pada 1996.
Tercatat sebagai anggota Muhammadiyah sejak 1994, pernah mejabat sebagai Sekretaris PWM Jateng periode 2000-2002, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2002-2006, dan Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhamamdiyah 2005-2010.
5. Dr. M. Busyro Muqoddas SH. M.Hum
Ia lebih dikenal sebagai pakar Hukum dan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada sidang Tanwir sehari sebelum pembukaan Muktamar 47, Busyro mendapatkan 145 suara dari muktamirin.
Busyro Muqoddas sudah sejak kecil lekat dengan Muhammadiyah, ia dilahirkan dari keluarga Muhammadiyah, dan hampir seluruh jenjang pendidikan dari TK hingga SMA ia lalui di sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta. Ia juga pernah menjadi salah satu pimpinan pusat di Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Busyro Muqoddas dilahirkan di Yogyakarta 17 Juli 1952. Lulus Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 1977.
Gelar Magister Hukum diperoleh dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada tahun 1995. Berbagai kiprah di bidang hukum telah ia lalui mulai dari Lembaga Bantuan Hukum UII hingga mengikuti Pelatihan Investigasi Pelanggaran HAM Berat Internasional.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Yudisial RI periode 2005-2010, hingga akhirnya ia dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua KPK ke tiga pada 2010-2011, menggantikan Antasari Azhar.